Gridhot.ID - Baru-baru ini kabar menggemparkan muncul di tengah panasnya situasi Afganistan.
Kekuatan Taliban seakan bertambah usai diumumkannya manuver Rusia mendukung gerakan Taliban.
Padahal dulunya Rusia merupakan negara yang menentang keras tindakan Taliban.
Dilansir dari Kompas.com, dukungan Rusia sudah terlihat ketika para diplomatnya tetap tinggal di Afghanistan, saat para staf kedutaan besar negara lain dievakuasi setelah Taliban memasuki Kabul.
Kremlin bahkan beberapa kali menjadi tuan rumah pembicaraan dengan Taliban di Moskwa, walau mencap kelompok itu sebagai organisasi teroris terlarang di Rusia.
Perlakuan tersebut sangat kontras bila dibandingkan pada 1992, tatkala Moskwa berjibaku mengevakuasi warganya akibat invasi Soviet ke Afghanistan yang berujung kekalahan.
Lalu apa motif Rusia di balik dukungan mereka ke Taliban sekarang?
Kepentingan di Asia Tengah
Para analis yang dihubungi AFP pada Senin (16/8/2021) mengatakan, Kremlin kini ingin melindungi kepentingannya di Asia Tengah, karena memiliki beberapa pangkalan militer di sana dan hendak menghindari ketidakstabilan serta potensi terorisme yang menyebar melalui wilayah di dekat mereka.
"Jika kita ingin ada perdamaian di Asia Tengah, kita perlu berbicara dengan Taliban," kata Nikolai Bordyuzha, mantan sekretaris jenderal Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Moskwa.
Taliban telah bergerak meyakinkan para negara tetangganya di utara bahwa tidak ada rencana untuk mereka, meski beberapa negara Asia Tengah memberi dukungan logistik untuk Amerika Serikat (AS) di Perang Afghanistan.
Duta Besar Rusia di Afghanistan, Dmitry Zhirnov, menyebut bahwa Taliban juga memberikan jaminan kepada Moskwa.
Dia mengatakan, Rusia ingin Afghanistan memiliki hubungan damai dengan semua negara di dunia, dan Taliban menjanjikan mereka hal itu.
Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia menyarankan untuk tidak terburu-buru menjalin hubungan dekat dengan Taliban, dan berkata akan memantau perilaku kelompok itu sebelum memutuskan pengakuan.
Ketika Taliban kuasai Afghanistan musim panas ini, Rusia mengadakan latihan perang dengan sekutunya, Uzbekistan dan Tajikistan, di perbatasan Afghanistan.
Pakar Asia Tengah, Arkady Dubnov, berpendapat bahwa Moskwa sekarang akan berupaya memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut.
"Untuk tingkat yang berbeda, negara-negara ini akan diwajibkan untuk menerima bantuan Moskwa, tetapi tidak ada yang mau menukar kedaulatan mereka dengan keamanannya," katanya.
Dia menekankan bahwa tiga negara tetangga Afghanistan di Asia Tengah yakni Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan, memiliki pendekatan yang berbeda terhadap konflik.
Uzbekistan dan Turkmenistan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Taliban dan kemungkinan akan mengakui kekuasaan milisi itu, sementara Tajikistan tidak berurusan dengannya.
Buah pendekatan bertahun-tahun
Dialog Rusia dengan Taliban adalah buah dari beberapa tahun pendekatan.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Juli memuji kekuatan Taliban dan menyalahkan pemerintah Afghanistan karena tak kunjung menghasilkan kemajuan dalam pembicaraan damai.
"Bukan tanpa alasan kami telah menjalin kontak dengan gerakan Taliban selama tujuh tahun terakhir," ujar utusan Kremlin Afghanistan, Zamir Kabulov, kepada stasiun radio Ekho Moskvy pada Senin (16/8/2021).
Hubungan ini pun membuat banyak orang heran, mengingat Taliban berakar pada gerakan Mujahideen atau Mujahidin yang anti-Soviet dari tahun 1980-an.
Akan tetapi, Alexander Baunov dari Carnegie Moscow Center mengatakan, Rusia sekarang percaya Taliban sudah berubah sejak terakhir kali berkuasa pada 1990-an ketika memberi perlindungan kepada Al Qaeda.
"Moskow tidak melihat Mujahidin versi yang ini sebagai musuhnya," katanya kepada AFP.(*)