Sebelumnya diberitakan, pemerintah mulai mereformasi subsidi energi dari berbasis komoditas menjadi berbasis orang pada 2022.
Reformasi ini bakal dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan banyak aspek, khususnya kondisi ekonomi masyarakat.
Menurut Sri Mulyani, rendahnya inflasi 2022 seperti pada tahun ini tidaktaken for granteddan banyak faktor yang harus diwaspadai.
"Ada (potensi kenaikan)administered pricekarena banyakpolicydi bidang subsidi. DPR dan pemerintah setuju untuk mulai menjadi lebihtargeted, ini pasti ada pengaruhnya," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (30/8/2021).
Ia memperkirakan inflasi pada 2022 bisa saja tidak serendah inflasi 2021. Selain soal subsidi, tingkat inflasi pada 2022 juga dipengaruhi oleh normalisasi kebijakanThe Fed (tapering off)dan disrupsi suplai karena pandemi Covid-19.
RAPBN 2022 memproyeksikan inflasi 2,9 persen dengan range 2,5 persen sampai 3,3 persen. Target itu lebih rendah ketimbang proyeksi inflasi 2021 yang hanya 1,5 persen.
"Bersyukur, pemulihan ekonomi tahun ini tidak dibarengi dengan kenaikan inflasi karena terjaganya kepercayaan konsumen," ucapnya.(*)