"Ketika ada jalan bergelombang segera kurangi kecepatan. Beberapa jalan tol juga ada yang memiliki kontur menurun dan terbuka lebar, di sekeliling jalan jauh dari pohon dan beton pemisah. Misalnya jalan tol dari Jakarta menuju Bandung. Area jalan seperti ini memungkinkan angin mempengaruhi laju kendaraan, kendaraan yang melaju di area seperti ini berpotensi melayang karena dipengaruhi oleh gravitasi yang berkurang, segera kurangi kecepatan," katanya.
Kemudian, ia juga mengingatkan hal penting yang kerap diabaikan orang saat berkendara, yaitu memainkan ponsel.
"Banyak bermain handphone saat mengemudi. Entah melihat peta atau upload di sosial media. Jauhkan handphone, apabila memerlukan petunjuk biarkan orang yang duduk di sebelah pengemudi yang membantu membantu melihat peta di handphone," katanya.
Ia mengatakan, satu detik saja tidak berkonsentrasi terhadap kemudi, maka sangat berpotensi terjadi kecelakaan.
"Menurut survey, meleng 1 detik saja potensi kecelakaan sudah menanti di depan mata. Bisa dibayangkan apabila kendaraan melaju dalam kecepatan 100 km/jam, kita meleng 1 detik. Itu sama dengan kita membiarkan mobil melaju sejauh 27 meter, tanpa kita melihat ke depan. Kalau kita meleng 2 detik, 3 detik, akan sangat bahaya sekali," ujar Rio Haryanto.
Setelah itu, ia juga menegaskan agar para pengendara mematuhi aturan batas kecepatan di jalan tol.
Ia mengaku, jika mobil dikemudikan dalam kecepatan sangat tinggi akan menyebabkan kendaraan sulit dikendalikan ketika melintasi jalan berlubang.
"Patuhi speed limit. Di jalan tol, kecematan maksimum yang wajib dipatuhi adalah 60 km/jam, 80 km/jam, atau tercepat 100 km/jam. Faktanya, saya sering melihat mobil dipacu dengan kecepatan yang berlebihan sampai 120 km/jam hingga 160 km/jam,"