Salah satu ceritanya adalah tentang sosok yang menyamar dengan nama samaran Lafaek.
Lafaek adalah nama samaran dalam bahasa Tetun yang artinya 'buaya', sosok Lafaek aslinya adalah Agusto Pinto.
Namun Agusto Pinto telah lama dikenal masyarakat Timor Timur sebagai Lafaek.
Lafaek dulunya adalah tokoh masyarakat Viqueque, anak dari Manuel da Costa Pinto, Raja Balarwain-Viqueque.
Lafaek merupakan tokoh pejuang integrasi dan sosok yang cinta dan setia dengan Indonesia, seperti diungkapkan oleh Kiki Syahnakri.
"Seperti banyak tokoh pejuang integrasi lainnya, ia berjuang benar-benar dengan prinsip-prinsip ideologis, bukan sekadar untuk mencari hidup," tulis Kiki dalam bukunya halaman 145.
Lafaek menorehkan prestasi karena menjunjung integrasi, ia memimpin kelompok masyarakat Viqueque yang memiliki semangat dan harapan yang sama.
Lafaek aktif membantu TNI terutama ketika operasi tempur, ia bahkan dipercaya memimpin Kompi Wanra di Viqueque segera setelah kompi tersebut dibentuk.
Lafaek berhasil melakukan tugasnya menjaga keamanan lingkungan ataupun melakukan operasi tempur bersama TNI, prestasinya menonjol dan disegani oleh kawan maupun lawannya.
Prestasinya berhasil membuat Kompi Wanra Lafaek dinamai Kompi Makikit, yang diambil dari bahasa Tetun yang berarti 'elang'.
Source | : | Kompas.com,Intisari Online |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar