Saat itu, dia adalah perwira polisi tertinggi yang ada di RSPP.
Rupanya, gerak-gerik Dicky terpantau puluhan awak media yang menunggu di rumah sakit.
Dicky merasa para wartawan curiga melihat dirinya yang sibuk berkoordinasi melalui handy talkie untuk menambah personel.
"Mungkin ada sekitar 100 wartawan tiba-tiba mengerubuti saya, bertanya, ada apa, Pak? Kok ada personel tambahan segala," kata Dicky.
Dicky pun mengaku tak bisa berbohong. Di situlah dia menyampaikan bahwa Pak Harto telah tiada.
"Ya, saya jujur saja. Saya bilang, Pak Harto meninggal dunia pukul 13.10 WIB. Saya tidak bisa membohongi publik saat itu. Karena memang saya tahu dari dokternya langsung," tuturnya.
Dicky merasa semua terjadi begitu cepat. Kabar duka mantan presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun itu bukan datang dari keluarga atau petinggi negeri, melainkan dari mulut seorang Kapolsek Kebayoran Baru berpangkat kompol.
Meski begitu, pernyataan Dicky tidak berimbas pada teguran dari keluarga Soeharto atau atasannya.
Tetapi, ia juga tak mendapat apresiasi. Karier dan kehidupan Dicky selanjutnya berjalan apa adanya.
Perjalanan hidup Empat belas tahun setelah peristiwa itu berlalu, Dicky masih menjalani kehidupannya sebagai perwira polisi.
Namun, ia tidak lagi bertugas di Jakarta. Dicky sempat dipindahkan ke Aceh, Banten, Kepulauan Riau, hingga Sulawesi Selatan.
Saat ini, dengan pangkat Komisari Besar Polisi (Kombespol), Dicky menjadi Direktur Lalu Lintas Polda Aceh.
Meski peristiwa meninggalnya Pak Harto telah lama terjadi, detik-detik itu tidak bisa hilang dari ingatan Dicky.
Ia merefleksikan pengalaman tersebut sebagai bagian dari jalan hidup yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
"Jujur, momen itu sungguh di luar naluri saya sebagai perwira Polri. Harusnya yang menyampaikan itu ya tingkat yang lebih tinggi. Minimal jenderallah," kata Dicky.
"Kalau di sana ada Dandim, Pangdam, atau Panglima TNI, harusnya mereka yang mengumumkan. Tetapi, situasi saat itu ya mengharuskan saya begitu," lanjutnya.
Dicky mengaku, kala itu dirinya tak percaya menjadi orang pertama yang mengumumkan kepergian Pak Harto.
"Setelah mengumumkan pertama kali Pak Harto ke wartawan, saya sempat enggak percaya. Apa enggak salah ini saya ngomong begini? Tetapi, sekarang saya menganggap bahwa sepertinya saat itu memang sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa," kata Dicky.
"Momen itu saya anggap menjadi bagian perjalanan hidup saya sebagai perwira polisi," pungkas dia.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo.com |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar