Suatu ketika, Soeharto tiba-tiba memerintahkan Try untuk menyiapkan mobil dan pengamanan seperlunya.
"Siapkan kendaraan, sangat terbatas. Alat radio dan pengamanan seperlunya saja dan tidak perlu memberitahu siapa pun," perintah Soeharto, seperti dikenang Try Sutrisno dalam buku Soeharto: The Untold Story.
Rupanya, Soeharto ingin melakukan "perjalanan rahasia".
Artinya kira-kira sama dengan blusukan saat ini, tetapi digelar diam-diam.
Perjalanan rahasia itu berlangsung selama dua pekan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Seperti namanya, rahasia, hanya Try, Komandan Paspampres Kolonel Munawar, Komandan Pengawal, satu ajudan, Dokter Mardjono, dan mekanik Biyanto yang mengurus kendaraan yang turut serta dalam perjalanan itu.
Di luar rombongan itu, hanya Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani yang mengetahuinya.
Panglima ABRI saat itu bahkan tidak tahu bahwa Presiden sedang berkeliling dengan pengamanan seadanya ke sejumlah daerah di Pulau Jawa. Menumpang di rumah warga dan bekal tempe.
Saat itu, Indonesia memasuki tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) II.
Oleh karenanya, Soeharto merasa harus turun langsung memantau jalannya program-program pemerintah.
Dengan melakukan perjalanan rahasia, Soeharto dapat melihat kondisi desa secara apa adanya.