Seketika Haryanto terngiang cita-cita masa kecilnya untuk menjadi tentara dan mengenakan seragam loreng.
Singkat kalimat, Haryanto pun mencoba melamar masuk TNI-AD tahun 1979.
“Alhamdulillah saya lolos, lalu memulai pendidikan Secata di Gombong, Kebumen,” ujarnya.
Lima bulan mengikuti Secata (Sekolah Calon Taruna), Haryanto lulus dan berhak menyandang pangkat Prajurit Dua (Prada).
Dikatakan, selama lima bulan di Secata ia –bersama prajurit siswa lain-- digembleng menjadi prajurit tangguh dan pantang menyerah.
Setelah lulus ia ditempat-tugaskan di Batalyon Artileri Pertahanan Udara I/Rajawali Serpong. Tak jauh dari tempat rantaunya.
Sebuah batalyon yang mengemban peran, fungsi, dan tugas pokok memberikan perlindungan udara terhadap objek vital maupun titik rawan.
Di batalyon itu, Haryanto ditugaskan sebagai pengemudi atau sopir batalyon.
"Saya dididik jadi pengemudi. Tugas saya mengangkut alat-alat berat, meriam, beras untuk logistik dan perminyakan," kenang Haryanto.
Ingin tahu berapa gaji seorang prajurit dua (Prada) tahun 1979?
“Sekitar delapan-belas-ribu rupiah per bulan,” ujar Haryanto.
Source | : | Kompas.com,Surya |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar