GridHot.ID - Biasanya, di 10 hari pertama, kedua dan ketiga ada doa-doa khususnya karena di bulan puasa Ramadhan 2022 adalah momen spesial kita memohon apa saja kepada Allah SWT.
Melansir Banjarmasinpost.co.id, khusus di 10 hari terakhir bulan puasa Ramadhan ini, ada keistimewaan yang ditawarkan Allah untuk hamba-hamba-Nya, yaitu dihindarkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga-Nya.
Dikutip dari berbagai sumber, sebagian ulama membagi bulan ini dengan tiga fase, yaitu fase pertama 10 hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, 10 hari kedua sebagai fase maghfirah atau pengampunan dan 10 hari terakhirnya sebagai fase pembebasan dari api neraka.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad, Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dilansir dari tribunnewswiki.com, tak terasa Ramadan telah memasuki fase setengah terakhir. Pada sepuluh malam terakhir, umat muslim alangkah baiknya mengisi waktu tersebut dengan memperbanyak beramal dan ibadah.
Sebab, keutamaan bulan suci Ramadan akan bertambah apabila telah memasuki sepuluh hari terakhir, karena di antara sepuluh hari tersebut ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni malam lailatul qadar.
Kala Ramadhan, Rasulullah Saw memperbanyak ibadahnya dan menyedikitkan tidur.
Nah, akankah lebih baik jika kita mengikuti jejak Rasul bukan?
Meski tak dipungkiri bangun di malam hari tidaklah mudah.
Seseorang harus menyiapkan kondisi jasmani dan rohani yang cukup agar selalu bisa bangun di malam hari.
Lantas bagaimana caranya agar tetap mampu bangun di sepertiga malam dan istiqamah dalam melaksanakannya?
Dalam pembahasan tentang Tartib al-Aurad wa Tafshil Ihya’ al-Lail, Abu Hamid al-Ghazali menyampaikan tips dan trik agar senantiasa mampu bangun di malam hari untuk menjalankan salat malam.
Trik ini Ini beliau tuangkan dalam karyanya yang sangat populer, Ihya’ ‘Ulumuddin.
Menurutnya, seseorang harus menyiapkan kondisi jasmani dan rohani yang cukup agar selalu bisa bangun di malam hari, khususnya sepertiga malam. Secara terperinci yang dimaksud oleh al-Ghazali adalah:
Persiapan jasmani, meliputi:
1. Tidak memperbanyak makan akan tetapi memperbanyak minum. Kebanyakan makan mengakibatkan seseorang kesulitan bangun karena akan membuatnya tidur pulas dan susah untuk menjalankan salat malam.
2. Tidak terlalu kecapean di siang hari dengan aktivitas-aktivitas yang menguras tenaga dan fisik. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab seseorang susah untuk bangun di malam hari.
3. Membiasakan diri tidur beberapa saat di siang hari (qailulah), sebab ini adalah amalan sunah sebagaimana hadis Nabi Saw.
اسْتَعِينُوا بِقَيْلُولَةِ النَّهَارِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِkerjakanlah qailulah di siang hari untuk membantu kalian salat di malam hari (HR. Al-Hakim, Ibn Khuzaemah, Al-Baihaqi)
4. Tidak memperbanyak berbuat dosa di siang hari.
Persiapan rohani, meliputi:
1. Menjaga hati agar terhindar dari perbuatan dengki, penyakit hati lainnya dan berlebih-lebihan di dalam kegelisahan duniawi. Hal ini membuat seseorang memikirkan hal-hal tersebut sampai larut malam, meskipun dia bangkit untuk salat tetap saja kegelisahan dan kedengkian itu yang ia pikirkan.
2. Membiasakan hati untuk takut kapada hari akhir dan memperpendek angan-angan. Jika demikian maka seseorang akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah termasuk salat malam.
3. Menambah keyakinan tentang keutamaan salat malam , ini dilakukan dengan membaca ayat-ayat Alquran terkait, hadis-hadis, maupun kisah-kisah, sehingga seseorang rindu dan cinta serta berharap akan pahala.
4. Yang terakhir dan yang paling menentukan adalah, rasa cinta dan keimanan yang tinggi kepada Allah. Karena malam hari adalah waktu di mana seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya.
Itulah beberapa tips dan trik agar seseorang mampu bangun di malam hari, dan istiqamah dalam menjalankannya. (*)