Mereka mempublikasikan temuan mereka dalam jurnal American Journal of Clinical Nutrition.
Para peneliti membagi pria dan wanita sehat menjadi dua kelompok.
Dalam dua kelompok penelitian ini, para peneliti secara acak menugaskan para peserta ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok daging merah, kelompok daging putih, dan kelompok diet protein non-daging.
Dalam setiap kelompok, para peserta - yang berusia 21-65 tahun dan memiliki indeks massa tubuh antara 20-35 kilogram/meter persegi - mengonsumsi makanan yang dialokasikan selama 4 minggu.
Setelah intervensi, para peneliti mengukur kolesterol low-density lipoprotein (LDL), kadar apolipoprotein B, serta kolesterol total dan high-density lipoprotein (HDL).
Studi ini menemukan bahwa tidak makan daging sama sekali menurunkan kolesterol darah jauh lebih banyak daripada yang diyakini para peneliti sebelumnya.
Mengonsumsi daging merah dan putih sama-sama meningkatkan kadar kolesterol darah lebih banyak daripada mengonsumsi protein nabati dengan kadar yang setara.
Penulis senior menambahkan bahwa sumber protein non-daging, seperti sayuran, susu, dan kacang-kacangan, memiliki efek paling menguntungkan pada kadar kolesterol.
Namun, penulis juga mencatat bahwa penelitian ini tidak termasuk daging sapi, ikan, atau daging olahan yang diberi makan rumput.
"Temuan ini sesuai dengan rekomendasi yang mempromosikan diet dengan proporsi tinggi makanan nabati tetapi, berdasarkan efek lipid dan lipoprotein, tidak memberikan bukti untuk memilih daging putih daripada daging merah untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular," tulis para peneliti.
Krauss dan rekan pun menyimpulkan bahwa penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa kedua kategori protein daging menghasilkan konsentrasi LDL yang lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari sumber protein nabati dalam diet yang sebanding.