Awal era 1900, lebih banyak lagi Hadhami yang datang karena negara asal mereka terjadi konflik politik.
Karena itu, wilayah Ampel juga dikenal sebagai kampung Arab.
Selain Surabaya, mereka juga datang dan menetap di Jakarta, Pekalongan, dan Bangil (Pasuruan).
Jiwa kaum Hadhami adalah dagang.
Setelah usahanya maju pesat, mereka mulai membeli rumah-rumah di kawasan Ampel kemudian menetap di kawasan tersebut hingga anak cucunya.
Karena itu, meski namanya kampung Arab, tapi banyak bangunannya bercorak Hindu Jawa seperti yang terdapat di Masjid Ampel.
Berdasarkan informasi dari situs Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, Masjid Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari saat Ramadhan tiba.
Pada bulan suci, biasanya jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa, yakni bisa mencapai 2.000 orang.
Pengunjung makin bertambah pada malam ganjil akhir Ramadhan yakni pada tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan.
Dalam catatan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, jumlah pengunjung bisa mencapai 20 ribu orang pada tanggal-tanggal tersebut.
Sesuai namanya, masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel yang merupakan salah satu dari Wali Songo atau Sembilan Wali.