Menurut Theo, biasanya anggota TNI-Polri sudah memperhitungkan bahwa tidak mengluarkan atau menembak dengan sembarangan.
Lantaran peluru hanya diperhitungkan untuk menembak orang yang dianggap musuh atau lawan itulah prinsip anggota TNI/Polri.
"Peluru tidak pernah diperhitungkan untuk menembak sapi atau binatang lain. Saya tidak mengerti seorang komandan Brimob yang tidak memperhitungkan dan menganalisa resikonya dengan bijaksana tetapi merespon dengan cepat untuk datang di lokasi untuk menembak sapi," ujarnya.
Abaikan Daerah Konflik
Kejanggalan berikutnya, yaitu Komandan Brimob AKP Rustam tak memikirkan dan menganalisa bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan konflik.
"Justru cepat merespon ketika saudara Alex Matuan untuk membantunya menembak sapi milik Alex Matuan di daerah Napua Kabupaten Jayawijaya," katanya.
Theo mengatakan, sangat ketahui betul bahwa berdasarkan data intelijen daerah Habema adalah daerah rawan konflik.
Sebagai komandan Brimob, lanjut Theo, mestinya telah mengetahui daerah tersebut adalah daerah rawan. Sedangkan dia hendak ke daerah dan tidak mengajak anggota Birimob lain.
"Sampai sejauh mana hubungan antara saudara Alex Matuan dan seorang Komandan Brimob, apakah ada hubungan saudara, teman atau hanya sebatas minta tolong untuk menembak sapi," ujarnya.
Komandan Tak Bawa Senjata
Menurut Theo, setelah sapinya ditembak, Komandan Brimob meninggalkan anggota Bripda Diego dengan dua pucuk senjata api.