Polyansky menegaskan serangan pada saat itu menggunakan senjata berakurasi tinggi dan tidak mengenai pusat perbelanjaan di Kremenchuk.
"Senjata dan amunisi tersebut disimpan di gudang untuk nantinya dikirim ke pasukan Ukraina di Donbass," ujar Polyansky.
Polyansky mengatakan, pihak militer Rusia mencegah pasukan Ukraina menggunakan senjata buatan Eropa dan Amerika Serikat (AS) tersebut untuk menyerang kota yang dihuni para separatis pro Rusia seperti di Donetsk, Lugansk, dan kota-kota lainnya.
Dilansir dari tribunnews pada 29 Juni 2022, di media sosial beredar luas beberapa video menampilkan suasana di tempat kejadian perkara (TKP) seusai ledakan terjadi.
Dalam sebuah video tampak kebakaran besar terjadi di pusat perbelanjaan tersebut.
Mobil pemadam kebakaran terekam sudah berada di dekat TKP.
Sejumlah warga sipil tampak berlarian di sekitar TKP.
Kemudian di video lainnya tampak warga sipil bersama aparat berwenang saling bekerja sama membantu warga yang terkena serangan.
Terdapat juga suara seorang pria terekam di video berteriak "Apakah ada orang yang masih hidup? Adakah orang yang masih hidup di sini?" ucap pria tersebut.
Selain belasan orang yang tewas, disebut ada lebih dari 50 orang mengalami luka-luka akibat insiden ini.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan sadis yang terjadi di Kremenchuk.