Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID - Kombes Sumy Hastry Purwanti menjadi ahli forensik Polri yang melakukan autopsi ulang korban pembunuhan subang, Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu.
Dokter Hastry yang dikenal sebagai satu-satunya polwan di Asia yang menyandang gelar ahli forensik.
Dokter Hastry rajin membagikan perkembangan kasus pembunuhan Subang melalui akun media sosial dan kanal YouTube miliknya.
Dilansir dari Fotokita pada 25 Juli 2022, itu sebabnya, dia memiliki banyak penggemar setia di jagat maya.
Ketika diminta ikut autopsi ulang Brigadir Yosua atau Nofriansyah Yosua Hutabarat, ahli forensik Polri yang tangani kasus pembunuhan Subang itu beri jawaban begini.
Dalam unggahanya, ada salah satu pengikutyang meminta agar ikut autopsi ulang Brigadir Yosua.
Dapat permintaan itu, ahli forensik Polri yang tangani kasus pembunuhan Subang beri jawaban begini.
Akun @helengeorgia4 menulis, "Dokter hastry yang jujur dan berpihak pada rakyat harus turun tangan nih untuk kasus J (Brigadir Yosua)."
Dokter Hastry langsung menjawab begini, "nunggu printah."
Kadiv Humas Polri Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya sudah menyetujui permintaan pengacara keluarga Brigadir Yosua terkait autopsi ulang jenazah ajudan Irjen Ferdy Sambo.
Rencananya, autopsi ulang Brigadir Yosua akan dilakukan pada Rabu27 Juli 2022.
Dalam keterangan resminya, Dedi menjelaskan, Polri tak ingin menunda-menunda proses autopsi ulang Brigadir Yosua.
Karena jika semakin lama proses ekshumasi terhadap jenazah ditunda, maka jasad Brigadir Yosua semakin mengalami proses pembusukan.
Sehingga akan menyulitkan proses jalannya autopsi terhadap tubuh Brigadir Yosua.
"Kalau misalnya jenazahnya sudah lama, maka tingkat pembusukan semakin lebih rusak, kalau semakin rusak maka autopsi ulang atau ekshumasi semakin sulit."
"Informasi yang saya dapatkan dari Katim Sidik Pak Dirtipidum, sebenarnya dari komunikasi dari pidum dengan pihak pengacara ini kalau bisa secepatnya, semakin cepat maka proses ekshumasi ini juga semakin baik," kata Dedi, Jumat 22 Juli 2022.
Dedi juga menegaskan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berkomitmen untuk melakukan proses penyidikan secara transparan dan akuntabel.
"Prinsipnya sesuai dengan komitmen bapak Kapolri proses penyidikan ini kita melibatkan pihak-pihak eksternal tentunya yang expert dibidangnya agar hasilnya betul-betul transparan, akuntabel, dan yang penting bisa dipertanggung jawabkan dari sisi keilmuan," jelas Dedi.
"Kemudian apabila dari pihak pengacara akan menghadirkan orang-orang ekspert yang mungkin ditunjuk dari beberapa rumah sakit itu dipersilakan dan itu semakin bagus ya."
"Artinya proses ekshumasi yang akan dilakukan akan diawasi oleh berbagai pihak yang ekspert dan hasilnya tentu akan semakin lebih baik," kata Dedi.
Pihaknya mengabarkan proses autopsi ulang akan dilakukan di Jambi.
Penyidik, lanjut Dedi, sudah berkoordinasi dengan penghimpunan forensik di Indonesia untuk membantu proses tersebut.
Ketika autopsi ulang korban pembunuhan Subang digelar, sosok Kombes Sumy Hastry Purwanti muncul.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Jawa Tengah menjadi dokter forensik Polri yang ditunjuk untuk menangani kasus pembunuhan Subang yang hingga kini pelakunya belum terungkap.
Setelah melakukan autopsi ulang korban pembunuhan Subang, dokter Hastry membagikan beragam cerita mengenai kasus forensik yang ditanganinya.
Tentu saja, dokter Hastry hanya memberikan informasi yang boleh diketahui publik. Sisanya, dokter Hastry sudah memaparkan kepada penyidik kasus pembunuhan Subang.
Dokter Sumy Hastry merupakan polwan yang terlibat dalam TIM Disaster Victim Identification (DVI) korban bom Kedubes Australia dan Hotel JW Marriot.
Peristiwa peledakan bom di depan Kedubes Australia, Jakarta, tahun 2004, dan Hotel JW Marriot, Kuningan tahun 2009 sudah melibatkan dokter Hastry untuk mengidentifikasi korban.
"Pihak eksternal berdasarkan komunikasi saya dengan penyidik maupun kedokteran forensik ya mereka sudah berkomunikasi dengan perhimpunan kedokteran forensik Indonesia," kata Dedi.
Bicara autopsi ulang Brigadir Yosua, netizen langsung teringat dengan kasus pembunuhan Subang.
Dalam pembunuhan keji yang merenggut nyawa ibu dan anak, Tuti Suhartini serta Amalia Mustika ratu itu, proses autopsi ulang terhadap jenazah korban juga dilakukan.
Dikutip dari Kompas.com pada 25 Juli 2022, Kombes Pol Dr. dr. Sumi Hastry Purwanti merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi di dunia forensik Indonesia.
Sumi Hastry kerap terlibat dalam proses identifikasi korban dari peristiwa besar di Tanah Air.
Di antaranya bencana gempa bumi Yogyakarta (2006), bom Hotel JW Marriott, Jakarta (2009), identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009), gempa bumi Padang, Sumatera Barat (2009), dan kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat (2012).
Kompas edisi 26 Agustus 2015 memberitakan, Sumi Hastry Purwanti mulai fokus pada bidang forensik ketika terlibat dalam sebuah operasi di tempat kejadian pembunuhan pada 2000 silam.
Kala itu, Sumi mendapat saran dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Poltabes Semarang Ajun Komisaris Purwo Lelono untuk menekuni forensik.
"Ketika mendapat saran itu, saya termotivasi karena keahlian forensik ketika itu belum dimiliki polwan lain. Saya adalah polwan pertama yang menjadi dokter forensik," kata Sumi.
Sejak saat itu, Sumi bergabung dalam berbagai operasi tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
Sumi merupakan perempuan pertama dari anggota tim forensik asal Indonesia.
Tugas pertamanya ialah mengidentifikasi korban bom Bali I pada 2002.
Setelah itu, Sumi Hastry bertekad untuk mendalami bidang tersebut dengan melanjutkan studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro pada 2002-2005.
Di tengah proses studinya, Sumi mendapat tugas mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).
(*)