Contohnya dua bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Jepang.
Saat ini, Rusia dikenal sebagai negara dengan jumlah senjata nuklir terbanyak di dunia.
Salah satunya adalah rudal SARMAT yang juga dikenal sebagai SATAN II.
Senjata ini telah disebut-sebut sebagai senjata potensial untuk digunakan melawan London atau New York, dan bisa mengubah kota-kota menjadi gurun.
Ini karena rudal hipersonik yang mampu membawa hingga 14 hulu ledak terus disebut-sebut.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 2 Agustus 2022, sementara itu disisi lain Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengomentari prospek perang nuklir setelah Presiden AS AS Joe Biden meminta Moskwa merundingkan kesepakatan pengendalian senjata nuklir baru untuk menggantikan traktat New Start.
New Strat adalah perjanjian pelucutan senjata nuklir antara AS dan Rusia yang memiliki nama resmi Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms.
Putin membuat pernyataan pada Senin (1/8/2022), dalam suratnya kepada peserta konferensi Peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) ke-10.
"Rusia secara konsisten mengikuti surat dan semangat Perjanjian. Kewajiban kami di bawah perjanjian bilateral dengan AS tentang pengurangan dan pembatasan senjata (nuklir) yang relevan juga telah ditegakkan sepenuhnya," kata Putin, dikutip dri Russia Today (RT).
Dia menambahkan bahwa Moskwa percaya bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh terjadi.
Putin mengatakan Rusia percaya semua negara yang mengikuti aturan NPT harus memiliki akses ke penggunaan energi nuklir secara damai, tanpa syarat apa pun.
"Kami siap untuk berbagi pengalaman kami di bidang energi atom dengan mitra kami," ungkap dia.
Sehari sebelumnya atau pada Minggu (31/7/2022), Joe Biden menyerukan Rusia untuk terlibat dengan konferesni guna menghasilkan perjanjian kontrol senjata baru penggani perjanjian New Start yang akan berakhir pada 2026.
Pada saat yang sama kali, Biden dilaporkan menuduh Rusia telah menghancurkan perdamaian di Eropa dengan operasi militer yang sedang berlangsung di Ukraina.
"Negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan itikad baik," kata Biden.
(*)
Source | : | intisarionline |
Penulis | : | Akhsan Erido Elezhar |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar