"Kompolnas panggil ke situ, nangis di situ, ceritanya sama. Berarti ini ada upaya pengkondisian psikologis agar ada orang yang membela dan menyatakan bahwa dia (Sambo) terzalimi," kata Mahfud.
Akhirnya, Mahfud sebut Kompolnas dan Komnas HAM sudah terperangkap dengan skenario yang dibuat Ferdy Sambo.
Bahkan ketika Mahfud mengungkapkan kejanggalan kasus Brigadir J, Kompolnas dan Komnas HAM masih tetap percaya pada cerita Sambo.
"Saya panggil Kompolnas, lalu Komnas HAM. Berkali-kali saya rapat dengan Kompolnas dan Komnas HAM. Masih kadang kala masih terperangkap kerangka pikir itu, bahwa ini terjadi pelecehan terjadi penzaliman sehingga ditembak," katanya.
"Saya panggil Pak Benny Mamoto. Anda salah. Kenapa Anda langsung bilang bahwa itu kejadiannya benar. Padahal ini ada perspektif lain yang lebih masuk akal," lanjutnya.
Menurut Mahfud, peristiwa dugaan pelecehan seksual itu tidak masuk akal.
Namun kata Mahfud, Benny sempat ngotot berpedoman pada penjelasan Kapolres Jakarta Selatan.
"'Anu, Pak, begitu ada peristiwa, Bapak ada di Mekah, saya langsung ke Polres Jakarta Selatan. Saya mendapat penjelasan begitu dari Kapolres'. Kan yang salah Kapolres, saya bilang. Kenapa Anda langsung percaya? Itu ndak masuk akal," ujar Mahfud.
Akan tetapi, Mahfud tetap pegang teguh keyakinannya, kalau motif kasus Brigadir J bukan karena pelecehan seksual, melainkan kejadian yang lain.
"Ndak ada kaitan antara satu cerita dan cerita lainnya. Faktanya. Sudah, ganti perspektif bahwa ini bukan pelecehan. Tapi sesuatu terjadi," ungkapnya.
Tak disangka, ternyata kini kecurigaan Mahfud terbukti.
Ferdy Sambo kini sudah dijadikan tersangka utama sebagai otak pembunuhan Brigadir J.
(*)
Source | : | TribunnewsBogor.com,YouTube |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar