Pujiyarto berharap desertasinya ini berguna untuk menyamakan sudut pandang hukum terhadap kasus pencabutan laporan dan perdamaian oleh penegak hukum, jaksa, hakim, penasehat hukum serta masyarakat.
Selain itu, bisa juga menjadi dasar seluruh penyidik Polri, dan tidak tebang pilih dalam perkara saling damai, mencabut laporan bisa sama tanpa syarat.
Capaian yang diperoleh Pujiyarto saat ini selain anugerah dari Allah, sudah pasti karena adanya dukungan dari keluarga.
"Kita pelindung dan pengayom masyarakat, selalu mendahulukan dinas dari pada keluarga. Seperti Hari Raya Idul Fitri dan tahun baru, pasti siaga. Keluarga selalu mendukung," terang pria yang tetap meluangkan waktu makan bersama dan nonton bersama keluarga ini.
Pujiyarto pun bersyukur dengan kepercayaan dari pimpinan Polri dan masyarakat hingga sekarang.
"Alhamdulillah dari SPG dan Secaba, bisa dapat kepercayaan sampai (pangkat) AKBP yang tentunya dengan persyaratan yang berat dan ketat."
"Saat ini untuk gelar akademik Doktor, saya hanya ingin bisa bermanfaat saat dinas dan purna nanti bisa bermanfaat bagi keluarga serta masyarakat," tutup pria yang pernah membantu anak yang menjadi yatim piatu setelah orang tuanya meningal karena Covid-19 di Sragen.
Begitulah sosok AKBP Pujiyarto pamen Polda Metro Jaya yang menjadi korban mulut manis Ferdy Sambo.
(*)
Source | : | Tribunnews.com,TribunJakarta.com,Fotokita.id |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar