Ankara mengatakan terpaksa memilih S-400 karena sekutu tidak menyediakan senjata dengan persyaratan yang memuaskan.
Para pejabat AS ingin memanfaatkan momen ini untuk menarik Turki kembali ke orbit Washington.
"Saya pikir semua orang tahu bahwa S-400 telah menjadi masalah lama dan mungkin ini saatnya kita dapat menemukan cara baru untuk memecahkan masalah ini," kata Sherman kepada penyiar Turki Haberturk dalam sebuah wawancara pada Sabtu (5/3/2022).
Tidak jelas apa sebenarnya yang dia maksud dan Kementerian Luar Negeri AS belum menjawab pertanyaan tentang komentarnya.
Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar tentang saran yang dibuat selama kunjungannya ke Turki.
Upaya itu juga merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh pemerintahan Biden untuk menanggapi permohonan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk membantu melindungi langit Ukraina.
Sistem pertahanan udara buatan Rusia atau Soviet seperti S-300 yang dimiliki sekutu NATO lainnya dan S-400 banyak dicari.
Turki adalah negara yang berbagi perbatasan maritim dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam dan memiliki hubungan baik dengan keduanya.
Dikatakan oleh Turki bahwa invasi itu tidak dapat diterima dan menyuarakan dukungan untuk Ukraina, tetapi juga menentang sanksi terhadap Moskwa sambil menawarkan untuk menengahi.
Menurut para analis, Ankara telah dengan hati-hati merumuskan retorikanya untuk tidak menyinggung Moskwa, yang memiliki ikatan energi, pertahanan, dan pariwisata yang erat.
Tetapi, Ankara juga telah menjual drone militer ke Kyiv dan menandatangani kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak hingga membuat marah Kremlin.
Turki juga menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, serta pencaplokan Crimea pada 2014.
"Turki telah berhasil berjalan di ujung tanduk dan transfer S-400 Rusia pasti akan menyebabkan kemarahan Rusia yang parah," kata Aaron Stein, Direktur Penelitian di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri yang berbasis di Philadelphia.
(*)
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Akhsan Erido Elezhar |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar