Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Konflik Zelensky dan Militernya Memanas, Presiden Belarusia Kini Pro Rusia dan Bongkar Internal Ukraina, Terjadi Krisis Pangan?

Akhsan Erido Elezhar - Minggu, 04 September 2022 | 08:30
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky.
TribunWow

Presiden Ukraina Volodymir Zelensky.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID -Pengawas Nuklir pbb (IAEA) dilaporkan telah tiba dan memeriksa kondisi PLTN Zaporizhzhia di Ukraina.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan KompasTV, 3 September 2022, hasil dari pemeriksaan IAEA ternyata menimbulkan kekhawatiran, karena menurut mereka, integritas fisik PLTN terbesar Eropa itu telah dirusak.

IAEA dilaporkan telah tiba di PLTN Zaporizhzhia, yang dikuasai Rusia sejak Maret itu pada Kamis (1/9/2022).

PLTN Zaporizhzhia itu menjadi fokus dunia karena terjadinya penembakan pada beberapa pekan terakhir.

Hal itu dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya bencana dunia atas kebocoran nuklir dari pembangkit listrik tersebut.

Ukraina dan Rusia sendiri saling menyalahkan atas penembakan tersebut.

“Jelas PLTN dan integritas fisiknya telah dilanggar beberapa kali, ini sesuatu yang tak boleh terjadi,” ujar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi dikutip dari Free Malaysia Today, Jumat (2/9/2022).

Ia menegaskan para ahlinya akan tinggal di fasilitas tersebut. Kendati begitu, ia mengaku akan terus khawatir hingga situasi di PLTN itu stabil.

Grossi mengatakan ia telah mengunjungi setiap tempat PLTN Zaporiozhzhia, melihat area-area kunci seperti ruangan kontrol dan keamanan sistem.

Baca Juga: SD Pun Tak Lulus, TKW Ini Malah Jadi Milarder di Arab Saudi, Begini Ceritanya Bisa Punya Mobil Mewah dan Apartemen 27 Kamar

Ia mengungkapkan, timnya kini memiliki banyak pekerjaan untuk diselesaikan, termasuk menganalisis aspek teknis.

“Kami tak akan pergi. IAEA kini di sini, di PLTN ini dan tak bergerak,” katanya.

Grossi mengatakan, ahli yang datang akan memberikan apa yang disebutnya sebagai penilaian yang tak memihak, netral dan secara teknis baik tentang apa yang terjadi di lapangan.

Sebelumnya, kedatangan tim IAEA ke PLTN Zaporizhzia sempat terhambat karena penembakan yang terjadi di dekat lokasi itu.

Akibatnya, salah satu reaktor nuklir di PLTN Zaporizhzhia terpaksa dimatikan.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengaku telah mencium adanya perpecahan dalam militer Ukraina.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel TribunWow, 3 September 2022, sementara itu ia mengaku mendapat informasi bahwa sedang terjadi konflik antara pihak militer dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Seperti dilaporkan media Rusia TASS, puncak masalah tersebut diperkirakan akan meledak dalam waktu dekat.

Menurut Lukashenko, inti permasalah tersebut adalah ketidaksepakatan antara Zelensky dengan militernya dalam mengakhiri perang.

Baca Juga: Perawakannya Mirip Hotman Paris, Petugas SPBU yang Viral Disebut Kembaran Sang Pengacara Kondang Akui Sempat Ketakutan Gara-gara Ini: Saya Umpet-umpetan

"Ada konflik yang memuncak antara presiden dan militer. Hanya prajurit militer yang dapat mengatakan dengan berani: 'Kita harus mencapai kesepakatan jika tidak, Ukraina dapat dihapus dari muka bumi'," ungkap Lukashenko dalam diskusi terbuka yang disiarkan langsung pada hari Kamis (1/9/2022).

Menurut pemimpin Belarusia tersebut, seluruh keputusan kini bergantung pada militer alih-alih presiden.

"Mereka (militer) dibantai di sana. Mereka tidak melihat adanya prospek. Lihatlah ke barat Ukraina, Polandia menggosok tangan mereka, dan sudah mengukir tanah Ukraina," kata Lukashenko.

Kepala negara Belarus percaya bahwa rakyat Ukraina harus memiliki suara mereka, karena presiden tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan.

Lukashenko juga mengatakan tidak normal bahwa kargo bahan makanan dan biji-bijian diangkut ke Eropa, ketika tidak ada makanan untuk rakyat Ukraina.

PBB berulang kali mencatat bahwa ekspor makanan dari Ukraina dilakukan sebagai bagian dari operasi komersial, tujuan mereka ditentukan oleh perusahaan swasta berdasarkan kepentingan mereka sendiri.

Situasi di Ukraina dan sanksi besar-besaran yang dijatuhkan pada Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa menyebabkan terganggunya pasokan biji-bijian, yang meningkatkan risiko krisis pangan di sejumlah negara.

Sejak awal tahun, harga gandum dan jagung melonjak signifikan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebelumnya menyatakan bahwa krisis pangan global telah dimulai jauh sebelum dimulainya operasi militer khusus Moskow di Ukraina.

Baca Juga: Bibi Brigadir J Sebut Cuma Bharada E yang Jujur, Roslin Simanjuntak Kesal Tersangka Lain Beri Keterangan Bohong: Mereka Sudah Tidak Mau Bertobat

Menurutnya, krisis ini khususnya disebabkan oleh pandemi dan salah perhitungan oleh negara-negara Barat.

Rusia Akui Ingin Gulingkan Pemerintahan Zelensky

Sebelumnya, menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan pihaknya akan berupaya menyingkirkan rezim Kiev.

Dilansir TribunWow.com, orang kepercayaan Presiden Rusia Vladimir Putin itu secara tak langsung mengakui tujuan perang Ukraina adalah untuk menggulingkan Presiden Volodymyr Zelensky.

Seperti dilaporkan media Rusia, TASS, pernyataan ini diucapkan Sergey Lavrov pada Minggu (24/7/2022).

Hal ini diungkapkannya saat berbicara di dalam pertemuan dengan duta besar negara-negara anggota Liga Arab di Kairo, Mesir.

Dalam pidatonya, Lavrov mengaku merasa prihatin dengan nasib rakyat Ukraina yang dianggapnya telah hancur.

"Kami bersimpati dengan rakyat Ukraina, yang pantas mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik. Kami menyesal bahwa sejarah Ukraina dihancurkan di depan mata kami dan kami minta maaf kepada mereka yang telah menyerah pada propaganda negara rezim Kiev dan bagi mereka yang mendukung rezim ini, yang ingin Ukraina menjadi musuh abadi Rusia," kata Lavrov.

Ia pun berjanji akan 'membebaskan' Ukraina dari pemerintahan yang dianggapnya merugikan rakyat.

Baca Juga: Karirnya Makin Moncer Usai Bikin Para Pejabat Ambyar, Farel Prayoga Kini Masuk Sekolah Naik Jet Pribadi, Terbongkar Alasanya Gara-gara Hal ini

"Rakyat Rusia dan Ukraina akan terus hidup bersama. Kami akan membantu rakyat Ukraina menyingkirkan rezim yang benar-benar anti-populer dan anti-sejarah," imbuhnya.

Adapun pernyataan Lavrov ini bertentangan dengan ungkapan resmi dari juru bicara Putin, Dmitry Peskov.

Peskov sebelumnya membantah bahwa Rusia mengincar kekuasaan di jajaran pemerintahan Ukraina.

Ia bersikeras bahwa pasukan Putin hanya ingin 'membebaskan' masyarakat di Donbas yang disebutnya ingin masuk wilayah Rusia.

Peskov saat itu juga menekankan bahwa Zelensky adalah Presiden Ukraina, dan pihaknya mengakui hal tersebut dan tidak akan ikut campur dalam pemerintahan.

Di sisi lain, Rusia bersikeras bahwa masalah ekspor gandum Ukraina dan ekspor pertanian Rusia diselesaikan dalam satu paket.

"Pada akhirnya, kami bersikeras agar kedua masalah diselesaikan secara tepat dalam satu paket. Masalah gandum Ukraina akan diselesaikan melalui pembentukan pusat koordinasi di Istanbul, jaminan akan diberikan bahwa Ukraina akan membersihkan ranjau dari perairan teritorial mereka dan mengizinkan kapal untuk pergi, dan selama perjalanan mereka di laut terbuka, Rusia dan Turki akan memastikan keselamatan mereka dengan pasukan angkatan laut mereka," kata Lavrov.

Dia juga mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki prasangka untuk dimulainya kembali pembicaraan dengan Kiev tentang masalah selain penyelesaian ekspor pangan.

Tetapi Lavrov mengklaim Kiev bersikeras berjuang untuk mendapatkan kemenangan militernya atas Rusia, baru kemudian berdialog.

"Kami tidak memiliki prasangka untuk melanjutkan negosiasi pada berbagai masalah [dengan Ukraina], tetapi itu bukan terserah kami, karena pihak berwenang Ukraina, dimulai dengan presiden dan diakhiri dengan banyak penasihatnya, mengatakan bahwa akan ada tidak ada negosiasi sampai Ukraina mengalahkan Rusia di medan perang," jelas Lavrov.

(*)

Source :TribunWowKompasTV

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x