Alexander Grinberg di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem memprediksi pergerakan pasukan besar Rusia memang mungkin terjadi setelah kemundurannya, dan menyebut keberhasilan Ukraina baru-baru ini "spektakular, tetapi hanya taktis".
Ivan Klyszcz, di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri di Estonia, memperingatkan bahwa pasukan Ukraina tidak akan dapat mempertahankan serangan ofensifnya tanpa batas.
"Pasukan Ukraina harus memperkuat diri, terutama di sepanjang perbatasan dengan Rusia," katanya kepada AFP.
Pemimpin Rusia, sementara itu, menghadapi pilihan "terbatas", kata Klyszcz, sambil terus mengawasi opini publik di dalam negeri.
"Putin sejauh ini memilih untuk tidak memobilisasi wajib militer Rusia. Melakukan hal itu akan berisiko menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut karena tuntutan di dalam negeri akan tumbuh secara substansial," katanya.
"Pilihan untuk menarik semua pasukan Rusia juga berisiko, karena angkatan bersenjata dan penduduk mengharapkan semacam kemenangan."
Sementara itu, Putin mungkin hanya menunggu awal musim dingin, yang akan memperburuk "masalah sosial-ekonomi Kyiv", kata Alexander Khramchikhin, pakar militer independen Rusia.
Untuk itu, Moskwa terus menargetkan infrastruktur Ukraina, menciptakan "masalah besar" bagi Kyiv, tambahnya.
Sedikit yang mengharapkan terobosan Ukraina meskipun Kyiv menjanjikan serangan balasan untuk merebut kembali Kherson, salah satu kota pertama yang jatuh setelah serangan Rusia pada Februari.
Salah satu yang bisa dilihat sebagai perkembangan utama adalah skala mundurnya Rusia di utara Ukraina, di mana Moskwa memindahkan pasukan dengan tujuan mempertahankan selatan, membuat jalur pasokan rentan.
"Serangan terhadap Kherson bukan hanya pengalihan, tetapi memang memainkan peran itu," kata Grinberg kepada AFP.