Scott Crino, pendiri dan kepala eksekutif Red Six Solutions LLC, sebuah perusahaan konsultan strategis, mengatakan Shahed-136 dapat memberi Rusia “penyeimbang yang kuat” untuk sistem senjata berteknologi tinggi, seperti peluncur rudal Himars, yang diberikan AS kepada Ukraina.
“Kehadiran Shahed-136 dalam perang Ukraina tidak diragukan lagi mengubah rencana operasional Kyiv,” katanya.
Crino mengatakan Shahed-136 dapat digunakan dengan efek yang besar dengan satu menargetkan sistem radar dan yang kedua mengenai artileri.
"Drone Iran juga memiliki sistem anti jamming yang dapat mempersulit pasukan Ukraina untuk melawan. Begitu Shahed mengunci target, akan sulit dihentikan," katanya.
Penggunaan pesawat tak berawak Shahed-136 Rusia di Ukraina merupakan ekspansi paling menantang dari persenjataan Teheran di luar Timur Tengah.
Di kawasan ini, Iran telah berhasil menggunakan kendaraan udara tak berawaknya untuk menekan Amerika dan sekutunya.
Ini juga menyoroti kekurangan dalam program drone Rusia sendiri, yang belum mampu menandingi daya tembak UAV bersenjata yang dikerahkan oleh Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris, dalam pembaruan intelijennya pada 14 September, juga mengatakan kemungkinan besar Rusia telah mengerahkan drone Iran di Ukraina untuk pertama kalinya.
Memperhatikan bahwa Shahed-136 memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer, tampaknya Moskow menggunakan drone ini untuk serangan taktis di dekat garis depan daripada untuk menghancurkan target yang lebih strategis jauh ke dalam wilayah Ukraina.
Kolonel Kulagin mengungkapkan, drone Iran relatif kecil dan terbang pada ketinggian yang sangat rendah, sehingga sulit bagi sistem pertahanan udara Ukraina untuk mendeteksi mereka.
Dia berharap AS dan sekutunya dapat memberi Ukraina teknologi antidrone yang lebih canggih, atau akan turun tangan untuk mengganggu pengiriman drone Iran ke Rusia.