Gridhot.ID - Kehidupan Najwa Shihab dan suaminya Ibrahim Assegaf belakangan menjadi sorotan publik.
Hal ini menyusul viralnya video Najwa Shihab yang menyinggung soal gaya hidup mewah polisi Indonesia.
Diketahui, Najwa Shihab telah menikah dengan Ibrahim Assegaf dan memiliki seorang putra bernama Izzat Assegaf.
Ibrahim Assegaf memiliki profesi yang berbeda dengan Najwa Shihab yang berkecimpung di dunia jurnalis.
MengutipTribunManado.co.id, Ibrahim Assegaf berprofesi sebagaipengacara sekaligus direkturdi PT Justika Siar Public (Hukum Online).
SedangkanNajwa Shihab dikenal sebagai jurnalis yang lugas dan cerdas saat melayangkan pertanyaan kepada narasumbernya.
Presenter 45 tahun itu telah mewawancarai hampir semua tokoh-tokoh politik penting di Indonesia.
Berkiprah selama hampir 20 tahun di dunia jurnalistik, tentu Najwa sudah menelan banyak pengalaman yang pahit dan manis selama bertugas.
Najwa pun sempat membeberkan jawabannya saat ditanyai soal dunia jurnalistik dan bisnis media saat ini.
Praktis, putri Quraish Shihab ini memiliki pandangan sendiri soal bagaimana dia melihat dunia jurnalistik saat ini.
Mengutip Bangkapos.com, jawaban soal itu diungkap Najwa saat berbincang bersama Tike dan Ronald di YouTube Ro Tivi.
"Kalau ngeliat dunia jurnalistik sekarang gimana?" tanya Ronald.
Najwa langsung memberikan ujarannya.
"Menurut gua karena tuntuntan industri juga sih," ujar Najwa.
Dikatakan Najwa, saat ini media kebanyakan memiliki tujuan untuk menyajikan berita tercepat atau tereksklusif.
Seiring itu Najwa memberikan pandangannya soal bisnis media yang menurutnya kini cukup berat dan jadi tantangan.
"Belum lagi bisnis media tuh sekarang berat, nemuin bisnis modal untuk nyari revenue media tuh salah satu hal yang paling menantang menurut gue," imbuhnya.
Menurut Najwa, tantangan itu tak hanya berlaku untuk media-media yang ada di Indonesia, tetapi juga media-media lain di luar negeri.
Najwa juga mengakui setiap diundang menjadi pembicara, salah satu topik yang menjadi sorotan adalah soal bisnis modal media.
"Setiap kali gue diundang untuk bicara soal media pasti yang how do you find bisnis modal," lanjutnya.
Sulitnya soal bisnis modal media menurut Najwa satu di antaranya lantaran banyak orang yang tak mau berlangganan berita.
"Karena orang kita tuh nggak mau bayar buat langganan berita," tutur Najwa.
Padahal menurutnya untuk membuat sebuah berita yang berkualitas itu mahal.
Mahal yang dimaksud Najwa adalah dalam artian ketika membuat sebuah berita akan banyak menemui tantangan sana sini-sini dan mengeluarkan kocek tak sedikit untuk membeli peralatan liputan maupun investasi.
"Lu harus investasi, harus gaji reporter reporter pun nggak bisa yang setahun dua tahun harus yang punya rekam jejak biar nggak ngasal-ngasal, kalau mau investigasi beli hidden camnya juga mahal cuy, belum lagi harus ngeluangin waktu, nggak bisa sehari jadi, harus bolak-balik ke sana dan sebagainya," jelas Najwa.
Tantangan itu tentunya dihadapi oleh orang-orang yang berkutat di bisnis media, termasuk jurnalis yang mencari berita.
"Jadinya mahal untuk menghasilkan sebuah berita yang berkualitas," tegas Najwa Shihab lagi.
Sehingga Najwa menyayangkan sikap masyarakat yang kurang tertarik untuk berlangganan berita.
"Tapi lu maunya yang gratisan, gimana media bisa hidup," celoteh Najwa Shihab.
Namun dikatakan Najwa Shihab, itu hanya lah satu di antaranya saja, dan masih banyak penyebab-penyebab lainnya.
"Banyak hal, tapi emang berat menurut gue," pungkasnya.
Sebagai informasi, Najwa Shihab telah membangun sebuah usaha media rintisan yakni platform Narasi TV bersama2 orang rekannya pada 2017 lalu.
Channel Najwa Shihab di YouTube itu menjadi salah satu karya yang ditelurkan dari startup miliknya.
Membangun NarasiTV membuat Najwa seperti terjun di dunia baru yang membuatnya harus lebih banyak belajar menjadi seorang entreprenenur atau pebisnis.
Tak mulus, Najwa sempat menemui kendala dan kekhawatiran, salah satunya takut tak sanggup membayar gaji orang yang telah bersedia berhenti dari pekerjaannya demi membangun NarasiTV bersama.
"Mereka mencoba hal yang baru, mengambil resiko itu, dan faith in me in Narasi untuk sama-sama membangun ini, saya sempat 'duh, kalau enggak bisa gaji orang gimana ini'," kenang Najwa saat itu.
(*)