Gridhot.ID -Polda Papua Barat merilis identitas korban pekerja Jalan Trans Bintuni Maybrat yang diserang KKB Papua.
Diketahui, sebanyak 14 pekerja Jalan Trans Bintuni Maybrat diserang KKB Papua di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Kamis (29/9/2022) lalu.
Para pekerja jalan yang diserang KKB Papua seluruhnya merupakan karyawan CV Doreri Permai.
Dari 14 orang tersebut, terdapat 4 warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Mengutip Tribun-Timur.com, keempat warga itu bernama Abbas Manna (52), Ruslan alias Cullang (33), Rizal alias Om Kumis (55) dan Armin (43).
Abbas dan Armin merupakan korban tewas. Sementara Ruslan dan Om Kumis selamat dalam peristiwa tersebut.
Ruslan merupakan korban yang terkena tembakan di lengan sebelah kanan dan menyelamatkan diri ke pos.
Sementara Om Kumis menyelamatkan diri dan berpisah di sungai Majnik ke arah Kampung Maghti.
"Saat itu kami sedang mengerjakan perbaikan jalan, tiba-tiba suara tembakan, pada tembakan pertama tidak ada yang kena."
"Tembakan pertama kami kira hanya tembakan peringatan agar kami berhenti bekerja. Namun beberapa saat terjadi tembakan susulan, 14 pekerja langsung bersembunyi dan ada yang lari," kata Om Kumis, Selasa (3/10/2022).
"Letusan pertama dan kedua belum ada pekerja yang terkena, namun pada tembakan ketiga, teman kami Ruslan yang kena tembakan," kisah Om Kumis.
Saat melihat pekerja ada yang tertembak, Om Kumis melompat dan sembunyi di balik pohon besar, saat itu berondongan peluru mulai menggila.
"Kami yang selamat lari ke arah kampung tetapi sudah malam, jadi kita sembunyi ke hutan selamatkan diri sambil istirahat, saat itu saya tiga orang," terang Om Kumis.
Dalam persembunyian salah satu teman Om Kumis, yang mengalami batuk, karena takut kedengaran ia menggali tanah dan batuk di dalamnya.
Kata Om Kumis, pekerjaan jalan di Papua sangat butuh pendampingan oleh TNI/Polri.
Korban tewas telah dievakusi
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi mengatakan, personel gabungan telah mengevakuasi para korban ke RSUD Teluk Bintuni.
"Tim gabungan tiba di RSUD Teluk Bintuni pukul 21.00 WIT, Jumat (30/9/2022) kemarin," ujar Adam, kepadaTribunPapuaBarat.com, di Polda Papua Barat, Sabtu (1/10/2022).
Proses evakuasi para korban yang meninggal berjalan lancar dan semua tim kembali dengan selamat.
"Tim yang dipimpin Kapolres dan Dandim 1806/Teluk Bintuni berhasil mengevakuasi semua korban, termasuk empat orang yang meninggal dunia," tuturnya.
"Dari4 korban tewas, jasad2 di antaranya ditemukan dalam kondisi hangus terbakar beserta kendaraan truk," ungkapnya.
"Keempat korban itu juga mengalami banyak luka bacok akibat sabetan senjata tajam."
Sementara, untuk satu korban yang mengalami luka tembak di lengan bagian kanan, langsung mendapat perawatan medis.
Daftar6 orang menyelamatkan diri ke pos, yakni:
- Kusnadi (30) tinggal di Kp Meyado, Stenkool 3
- Remon Ulimpa (26) tinggal di Sorong
- Irson (42) tinggal di Sorong
- Agung (18) tinggal di Sorong
- Muksin Rambe (49) tinggal di Bintuni Pasar
- Ruslan alias Culang (33) terkena tembakan di lengan atas sebelah kanan tinggal di Pinrang
- Sitinjak (25) tinggal di Sorong
- Rizal alias Om Kumis (55) tinggal Pinrang
- Halim (20) tinggal di Sorong
- Abas (52) sebagai bos dalam pekerjaan jalan, tinggal di Sorong
- Yafet (50) operator eksavator yang tinggal Sorong
- Darmin (46) sopir truk tinggal di Bintuni
- Armin (43) juga sopir truk tinggal di Sorong
MengutipTribun-Papua.com, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim pihaknya bertanggung jawab atas pembantaian 4 pekerjadi jalan trans Bintuni Maybrat.
Militan TPNPB yang dipimpin Arnoldus Yancen Kocu disebut sebagai aktor pembantaian secara brutal.
Sebby menyebut, Arnoldus Yancen Kocu Cs beroperasi di Kodap IV Sorong Raya hingga Kabupaten Maybrat.
"Arnoldus Kocu mengatakan jika mau evakuasi korban maka jangan TNI/Polri yang datang, tapi lebih bagus tim Palang Merah Internasional. Karena ini perang pembebasan Papua Barat," ujar Sebby dalam keterangan tertulis, Kamis (29/9/2022) malam.
Dia menuding keempat pekerja yang tewas dibantai merupakan intelijen Indonesia.
Selain itu, tentara OPM juga menembaki para pekerja saat hendak lari menyelamatkan diri.
Bahkan pasukan OPM juga membakar dua kendaraan truk dan alat berat eskavator.
(*)