Cabai juga mengandung banyak zat yang berguna bagi tubuh, seperti zat capsaicin yang memiliki kegunaan mengurangi rasa sakit (antisakit) akibat nyeri.
“Ada kan, salep untuk nyeri tulang yang mengandung capsaicin. Nyeri menjadi reda kalau digosok dengan balsem yang mengandung capsaicin. Cabai juga mengandung vitamin C dan serat,” lanjut Hendarto.
Pencernaan memiliki kemampuan menangkap rangsangan dari makanan yang masuk. Rangsangan itu kemudian diterjemahkan oleh otak sebagai rasa pedas, manis, asam, dan sebagainya.
Rasa pedas juga akan merangsang asam lambung.
Orang yang sudah punya penyakit di lambung, misal lambungnya luka, sebaiknya menghindari makanan pedas karena akan menambah berat sakitnya.
Tapi, pada orang yang sehat, makan pedas boleh-boleh saja.
“Paling kalau tidak kuat jadi sering buang air besar, atau kadang-kadang saja buang air besar, atau malah tidak berakibat sering buang air besar. Ini sangat individual, tergantung banyak hal,” kata Hendarto.
Tergantung kondisi
Lantas bagaimana jika seseorang makan cabai utuh, tanpa tambahan, atau dicampurkan ke dalam masakan?
“Cabainya dimasak sebagai apa? Satu cabai yang ditelan begitu saja tentu berbeda efeknya dibandingkan satu cabai yang dimasak atau dicampur makanan lain. Cabai di dalam makanan akan membuat penyerapan berbeda karena proses perangsangan akan dinetralisasi,” tambahnya.
Makanan berupa keripik super pedas yang memiliki tingkat kepedasan tertentu, sebetulnya juga sudah mengurangi rangsangan rasa pedas daripada cabai yang langsung dimakan begitu saja.
Source | : | Nova,Youtube |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar