Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Butuh Tumbal 7 Penguasa Kerajaan Singasari, Pusaka Ini Tidak Diisi dengan Jin Khodam, Sang Pandai Besi Malah Bangkitkan Kutukan Mengerikan

Angriawan Cahyo Pawenang - Senin, 17 Oktober 2022 | 06:42
(ilustrasi) Ken Arok dengan Keris Mpu Gandring.
nusadaily

(ilustrasi) Ken Arok dengan Keris Mpu Gandring.

Gridhot.ID - Khodam sering kali dikaitkan dengan warisan leluhur terdahulu.

Dikutip Gridhot dari Bangka POS, khodam merupakan jin yang dipercaya menjadi pendamping manusia.

Khodam juga sering kali diceritakan memiliki kesaktian tertentu yang kemudian disalurkan ke manusia yang mereka dampingi.

Namun meski lekat dengan kisah masa lalu, khodam nyatanya tak dikaitkan ke masa-masa kerajaan.

Kerajaan Singasari contohnya yang berhasil berkuasa tanpa bantuan khodam sedikitpun.

Dikutip Gridhot dari Intisari, Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Budha yang berdiri di Jawa Timur.

Kerajaan ini berdiri di daerah Malang.

Pendirinya terdahulu adalah sosok Ken Arok yang mendeklarasikan kerajaan Singasari pada tahun 1222.

Kerajaan berakhir pada 1292 di bawah raja Kertanegara.

Ada satu hal yang terkenal dari kerajaan Singasari yaiut Keris Mpu Gandring.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam sejarah berdirinya Kerajaan Singasari.

Baca Juga: Doyan Halu Jadi Istri Ariel NOAH, Komentar Putri Jamila di Postingan Instagram Mantan Kekasih Luna Maya Jadi Sorotan, Ternyata Begini Sosoknya

Keris ini dikenal memiliki kutukan, yang dikeluarkan oleh pembuatnya yang bernama Mpu Gandring.

Isi kutukan Mpu Gandring adalah bahwa keris ini akan meminta tujuh korban dari kalangan penguasa Kerajaan Singasari.

Kutukan keris ini pun benar-benar berlaku, yang mengakibatkan terbunuhnya raja-raja Kerajaan Singasari.

Asal-usul Keris Mpu Gandring

Keris Mpu Gandring merupakan keris yang dipesan oleh Ken Arok, yang pada awal abad ke-13 menjadi prajurit dari Tumapel, sekarang Singasari, di Malang.

Keris ini dipesan oleh Ken Arok untuk menghabisi majikannya sendiri, yaitu Tunggul Ametung, yang saat itu menjadi akuwu (camat) di Tumapel. Hal ini dilakukan karena Ken Arok jatuh cinta dengan istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian memesan keris kepada seorang pandai besi terkenal bernama Mpu Gandring.

Mpu Gandring menjanjikan keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang sakti dalam waktu satu tahun.

Namun, selang beberapa bulan, Ken Arok sudah tidak sabar. Ia pun nekat merebut keris yang belum sempurna dan menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas.

Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk kalau keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Korban Keris Mpu Gandring

Tunggul Ametung

Baca Juga: Bentengi Anak-anak Bumi Cendrawasih dari KKB Papua dan Kebodohan, Bripka Septinus Rela Rogoh Kantong untuk Mengajar di SD Inpres Papua Barat dan Belikan Jajan Para Bocah Agar Semangat Sekolah

Setelah membunuh Mpu Gandring, Ken Arok kembali ke Tumapel, dan sengaja meminjamkan kerisnya kepada rekannya sekaligus panglima Tumapel yang bernama Kebo Ijo.

Malam berikutnya, Ken Arok mengambil keris itu dari Kebo Ijo dan menyusup ke kamar Tunggul Ametung, lalu membunuhnya.

Keesokan harinya, Kebo Ijo diadili karena keris yang diduga miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.

Kebo Ijo kemudian dieksekusi mati dengan menggunakan Keris Mpu Gandring.

Setelah Tunggul Ametung meninggal, Ken Arok menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes.

Saat dinikahi Ken Arok, Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang setelah lahir diberi nama Anusapati.

Sementara itu, Ken Arok sebelumnya sudah menikah dengan perempuan bernama Ken Umang.

Dalam riwayat dijelaskan bahwa Resi Lohgawe, yang merupakan guru Ken Arok, pernah meramalkan siapa pun yang bisa menjadikan Ken Dedes sebagai istri, maka segala keinginan akan tercapai dengan mudah.

Ken Arok Setelah menjadi penguasa Tumapel, Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari pada 1222 dan menobatkan dirinya sebagai raja pertamanya.

Ketika Anusapati dewasa, ia mengetahui bahwa Ken Arok yang membunuh ayah kandungnya, Tunggul Ametung.

Anusapati kemudian mengutus Ki Pengalasan untuk membunuh Ken Arok dengan Keris Mpu Gandring.

Baca Juga: MenPAN-RB Pastikan Rekrutmen CASN 2022 Fokus pada P3K Guru dan Kesehatan, Berikut Syarat Daftar PPPK 2022

Rencana tersebut berhasil dilaksanakan.

Untuk menghilangkan jejak, Anusapati kemudian membunuh Ki Pengalasan dengan Keris Mpu Gandring.

Anusapati dan Tohjaya

Sepeninggal Ken Arok, Anusapati kemudian naik takhta sebagai penguasa Singasari pada 1227.

Namun, kabar pembunuhan Ken Arok didengar oleh Tohjaya, anak Ken Arok dengan Ken Umang, yang segera menyusun rencana pembalasan untuk membunuh Anusapati.

Tohjaya berhasil membunuh Anusapati ketika sedang menggelar sabung ayam di sekitar Kutaraja Singasari.

Setelah itu, Tohjaya mengambil alih kekuasaan Kerajaan Singasari pada 1248.

Namun, pada akhirnya, Tohjaya juga dibunuh dengan Keris Mpu Gandring oleh Ranggawuni, putra dari Anusapati.

Keris Mpu Gandring dimusnahkan

Ranggawuni kemudian naik takhta menjadi penguasa Kerajaan Singasari dari tahun 1248 hingga 1272.

Dalam Kitab Pararaton maupun Negarakertagama, Ranggawuni juga dikenal sebagai Wisnuwardhana.

Ketika Ranggawuni menjadi penguasa Kerajaan Singasari, ia memerintahkan untuk memusnahkan keris Mpu Gandring dengan membuangnya ke dalam kawah gunung.

Ranggawuni meyakini bahwa keris tersebut telah menjadi biang kegaduhan dalam pemerintahan Singasari.

Sehingga, seperti kutukan Mpu Gandring, orang yang terbunuh oleh Keris Mpu Gandring sebanyak tujuh orang.

Korban Keris Mpu Gandring itu di antaranya, Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Tohjaya.

(*)

Source :Kompas.com intisari

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x