Gridhot.ID - Peperangan Rusia dengan Ukraina hingga kini masih memanas.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, peperangan Rusia dengan Ukraina bahkan sudah sampai mengenai negara tetangganya yang tak ikut andil apa-apa.
Dua warga Polandia tewas diduga akibat rudal Ukraina yang sebenarnya ditujukan untuk menahan seranga Rusia.
Meski begitu, publik tetap menyalahkan Rusia karena dianggap yang memulai konflik terlebih dahulu.
Kini yang terbaru, peperangan Rusia dengan Ukraina makin panas akibat video yang diduga menjadi bukti kejahatan perang.
Dikutip Gridhot dari Tribun WOW, sebuah rekaman yang menunjukkan tentara Rusia yang ditahan, dibunuh oleh pasukan Ukraina telah berhasil diverifikasi.
Dilansir TribunWow.com, selain video yang viral beredar, terdapat sejumlah rekaman lain yang juga memperlihatkan insiden serupa.
Namun, para ahli masih memperdebatkan apakah episode mengerikan tersebut merupakan kejahatan perang atau tindakan membela diri.
Dilaporkan The Moscow Times, Senin (21/11/2022), setidaknya ada empat video dari drone dan ponsel atas insiden tersebut muncul antara 12-17 November saat Ukraina merebut kembali desa Makiivka di wilayah Luhansk, Ukraina timur.
Satu video yang diedit yang direkam oleh seorang tentara Ukraina menunjukkan tiga rekannya berdiri di halaman pertanian ketika 10 tentara Rusia yang tampaknya tidak bersenjata berbaring telungkup di tanah.
Dua dari enam tentara tergeletak di tanah terlihat bergerak sebelumnya dalam video sebelum rekaman terputus.
Ketika dilanjutkan, empat lainnya difilmkan keluar dari gudang dan berbaring dengan kepala di samping enam tentara yang sudah di tanah.
"Mereka dianggap hors de combat, atau non-kombatan yang secara efektif tawanan perang," kata Dr. Rohini Haar, penasihat medis di Physicians for Human Rights.
Seorang prajurit ke-11 kemudian ditampilkan muncul dari gudang yang sama dan menembaki tentara Ukraina.
Dia langsung ditembak di tempat sebagai tanggapan atas aksinya, menurut rincian video New York Times.
Sebuah video drone menunjukkan dampak dari insiden tersebut, dengan sebagian besar tentara Rusia diposisikan seperti ketika mereka menyerah.
Iva Vukusic, seorang ahli penuntutan kejahatan perang di Universitas Utrecht, mengatakan mengklasifikasikan pertemuan itu sebagai kejahatan perang tergantung pada apakah tentara Rusia ditembak pada saat itu atau sebagai tindakan balas dendam.
Selain itu, sementara 10 prajurit yang berbohong dianggap bukan kombatan, tindakan prajurit ke-11 juga dapat dianggap sebagai kejahatan perang karena berpura-pura menyerah atau status non-kombatan.
"Mungkin saja, seandainya orang ini tidak dipecat, mereka semua akan ditangkap sebagai P.O.W.s, dan selamat," kata Vukusic.
Otoritas militer dan sipil Rusia, serta tokoh media pemerintah dan blogger militer yang berpengaruh, menuduh rekan-rekan Ukraina mereka melakukan kejahatan perang.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa video itu menunjukkan pembunuhan yang disengaja dan metodis terhadap tentaranya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengutuk penembakan yang disebutnya tindakan tanpa ampun dan mengejutkan tersebut.
Otoritas investigasi Rusia telah membuka penyelidikan kriminal atas rekaman tersebut.
Sementara, dewan hak asasi manusia yang baru-baru ini direshuffle mengatakan akan mengangkat masalah tersebut dengan organisasi internasional.
Kremlin pada hari Senin (21/11/2022), bersumpah bahwa Rusia akan menemukan dan menghukum tentara Ukraina yang terlibat dalam rekaman tersebut.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan sedang turut menyelidiki video tersebut.
Di sisi lain, Ombudsman Ukraina Dmytro Lubinets membantah bahwa pasukan Kyiv telah membunuh tawanan perang Rusia, dengan alasan bahwa tentara Ukraina membela diri melawan Rusia yang berpura-pura menyerah.
"Ini berarti para prajurit tidak dapat dianggap sebagai tawanan perang," bantah Lubinets.
Adapun misi pemantauan hak asasi manusia PBB di Ukraina mengatakan pekan lalu bahwa tawanan perang di kedua belah pihak mengklaim mereka disiksa di penangkaran.
(*)