"Saat di kampung kami juga tidak melihat ada orang pegang senjata," ungkapnya.
Zakarias mengaku, di Paro sudah sekitar 2 bulan lamanya. Hubungan dengan warga sekitar juga baik-baik saja hingga keluar dari Paro juga dikawal warga.
Saat keluar dari Paro mereka dibekali beras, dan mie instan. Kalau air minum mereka hanya mengandalkan air hujan.
Zakarias dan 14 teman lainnya mengalami tantangan terberat untuk menyelamatkan diri adalah saat naik turun gunung dengan kondisi yang curam.
"Saya trauma dan tidak mau bekerja di area rawan lagi," katanya.
Sebelum bekerja, kata Zakarias, mereka sudah dikumpulkan oleh pendeta dan masyarakat sekitar bahwa kalau kerja di sini tidak boleh jalan.
Menurutnya, selama mereka bekerja, tidak ada teror dari kelompok KKB.
Dikatakan, setelah sampai di Gunung Wea, mereka lihat masyarakat Paro juga mengungsi terdiri dari anak kecil hingga orang dewasa ke Kenyam.
"Saya mengucapkan terimakasih kepada TNI-Polri karena sudah bantu evakuasi," pungkasnya.
2 Hari Jalan Kaki
Menurut Kombes Faizal Ramadhani, awalnya masyarakat membawa para pekerja ke Distrik Kenyam dengan berjalan kaki.
Butuh berhari-hari untuk sampai ke Kenyam dengan jalan kaki.
Saat baru berjalan selama 2 hari, ada komunikasi masuk antara masyarakat dengan aparat keamanan.
"Jadi memang awalnya mereka mau ke Kenyam berjalan kaki. Kalau ke Kenyam itu kan jaraknya sangat jauh dan saat itu kita takut mereka dikejar. Nah kalau dikejar dapat maka repot kita, karena Egianus biasanya bukan ngancam tapi dibuktikan oleh dia," tuturnya.
Aparat keamanan kemudian menjemput mereka di titik aman yang telah disepakati.
(*)
Source | : | Tribunnews.com,Tribun-Papua.com |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar