Gridhot.ID - Tujuh hari berlalu, keberadaan Philips Marthen (37), pilot Susi Air yang hilang setelah pesawat yang diawakinya dibakar KKB Papua, masih simpang siur.
Kendati demikian, personel keamanan mulai mendapat titik terang mengenai keadaan pilot Susi Air, walau lokasi Philips Marthen masih belum dipastikan.
Mengutip Kompas.com, Kapolres Nduga AKBP Rio Aleksander Penelewan menyebutkan, berdasarkan informasi yang didapat beberapa hari lalu, pilot Susi Air itu masih hidup.
"Kondisi pilot, dua hari yang lalu (12/2/2023) dia masih dalam keadaan hidup," ujarnya di Kenyam, Selasa (14/2/2023).
Meski begitu, AKBP Rio mengaku belum bisa menjelaskan dari mana sumber informasi itu didapatkan.
Personel gabungan TNI-Polri, katanya, terus melakukan berbagai upaya untuk mencari pilot Susi Air asal Selandia Baru itu.
Sampai saat ini, kata dia, belum ada kepastian apakah Philips Marthen ditahan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya atau tidak.
Adapun situasi keamanan di Distrik Paro menjadi tidak kondusif setelah KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya mengancam pekerja bangunan yang sedang membangun Puskesmas Paro pada Sabtu (4/2/2023).
Setelah itu, KKB Papua membakar pesawat pilatus milik Susi Air di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2022) pagi.
Sejauh ini aparat terus melakukan pencarian terhadap pilot Susi Air yang hilang setelah pesawat dibakar KKB Papua.
Sedangkan 5 penumpang pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK-BVY telah berhasil diselamatkan.
Pada Rabu (8/2/2023), Satgas Ops Damai Cartenz juga telah mengevakuasi 15 pekerja bangunan yang sempat diancam Egianus Kogoya ke Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Sementara itu, kuasa hukum Susi Air yakni Donal Fariz mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan keluarga Philips Marthen di Selandia Baru melalui konsulat kedutaan besar.
"Istri pilot Susi Air ini juga seorang WNI dan tinggal di Bali. Jadi komunikasi dengan keluarga berjalan," ujar Donal Fariz pada Jumat (10/2/2023), dikutip dariKompas TV.
Dia mengatakan, minimnya informasi yang diperoleh terkait dugaan penyanderaan itu memunculkan keraguan.
Salah satunya, apakah Philips Marthen masih menjadi sandera atau tidak.
Ini karena pihaknya melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang juga mengklaim menyandera Philips Marthen.
"Karena kami melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang juga mengklaim menyanderan Phillip, saat kami minta bukti foto tidak dikirim, ini menjadi tidak mudah mencari puzzle informasi yang berserakan," ucapnya.
Dikatakan Donal, Philips Marthen sudah bekerja di Susi Air selama 13 tahun dan 6 tahun bekerja di daerah Papua.
"Tidak sembarangan orang bisa menjadi kapten di Papua, orang-orang yang bisa terbang di daerah pegunungan memiliki standar tinggi dan sekolah khusus di Florida," tutur Donal.
(*)