Gridhot.ID - Video yang memperlihatkan pilot Susi Air Kapten Philips Marthen bersama pimpinan KKB Papua, Egianus Kogoya dan kelompoknya beredar di media sosial, sejak Jumat (10/3/2023) siang.
Dalam video itu, Kapten Philips Marthen membeberkan sejumlah pernyataan terkait permintaan KKB Papua.
Salah satunya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diminta untuk ikut mendukung terwujudnya kemerdekaan orang-orang Papua.
"OPM meminta PBB memediasi antara Papua dan Indonesia bekerja untuk menuju kemerdekaan orang-orang Papua," ungkap dia, sebagaimana diberitakan Reuters.
Reuters melaporkan, sejak KKB Papua menangkap pilot Susi Air, Pemerintah RI telah berusaha menggunakan dialog untuk menjamin pembebasannya dengan mengatakan "operasi penegakan hukum" akan menjadi pilihan terakhir.
Dalam sebuah video, Kapten Philips terlihat membacakan pernyataan sambil duduk di hutan terbuka dan dikelilingi oleh sekelompok pria yang beberapa membawa senapan dan busur.
Mengenakan jaket biru, celana krem, dan topi kamuflase, Kapten Philips mengatakan, dirinya telah diinstruksikan untuk membaca pernyataan dengan tuntutan baru dari KKB Papua.
"Pilot asing tidak boleh bekerja dan terbang di Papua sampai Papua merdeka," kata Kapten Philips.
Dalam video lain, Kapten Philips menyampaikan rasa cintanya kepada keluarga yang kini terpisah.
Dia lalu meminta agar gaji yang diterima diberikan kepada mereka untuk makanan dan tagihan.
"Cobalah untuk tidak mengkhawatirkan saya, saya diperlakukan dengan baik," katanya.
Dia mengaku mendapatkan cukup makanan dan air, pakaian hangat, dan obat-obatan.
"Semoga kita bisa segera bersama," kata.
Menanggapi hal itu, Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani menilai, KKB Papua yang dipimpin Egianus Kogoya memiliki tujuan tertentu menyebarkan video itu.
Faizal menilai, video itu disebarkan untuk mengecoh petugas yang melakukan pencarian.
"Jangan dipikir pilot ada sama-sama mereka (Egianus Kogoya) terus, sebab posisinya tidak seperti itu, ada kemungkinan ini untuk mengelabui," ujar Faizal saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat.
Faizal menegaskan Satgas Damai Cartenz sedang berusaha mengidentifikasi kapan video tersebut diambil.
Menurut dia, hal itu penting dilakukan untuk mengetahui pergerakan Egianus Kogoya dan kelompoknya.
"Kita lagi identifikasi kapan video itu diambil dan di mana lokasi video itu," kata Faizal.
Sebelumnya, Egianus Kogoya dan kelompoknya melakukan aksi pembakaran pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Distrik Paro, Nduga pada 7 Februari 2023.
Egianus juga menyandera pilot dari pesawat tersebut, yaitu Kapten Philips Marthen (37), yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Pihak keamanan melakukan pencarian untuk menyelamatkan Kapten Philips. Pada 14 Februari, Satgas Damai Cartenz tiba di Distrik Paro. Ternyata, Egianus Kogoya dan kelompoknya tak berada di sana.
Distrik Paro pun kosong karena warga setempat telah mengungsi ke Distrik Kenyam.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebut, Egianus Kogoya meminta tebusan berupa uang dan senjata api untuk membebaskan Kapten Philips.
Pada akhir Februari 2023, Egianus Kogoya diketahui sempat berada di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya.
Egianus Kogoya dan kelompoknya diduga membunuh anak kepala kampung yang berusia enam hingga delapan tahun karena ayahnya tak mau memberikan bahan makanan.
(*)