Makan kembali saat waktu sahur, otomatis tubuh berada dalam fase puasa terus-menerus.
Bagi laki-laki memicu kenaikan hormon testosteron, sedangkan bagi perempuan satu per satu hormon akan reset.
"Tapi setelah tarawih, ada lontong, nasi goreng, ini godaan. Makanya puasa itu berat, makanya semakin berat suatu amalan semakin besar pahalanya. Saking beratnya disiapkan satu pintu khusus bagi orang yang mau puasa," tuturnya.
Di bulan Ramadhan diperlukan makanan fisik secukupnya saja, dr Zaidul Akbar menyebutkan perlu satu piring yang isinya sabar, subur, ikhlas, tawaddu, pemaaf, kasih sayang.
"Itu yang kita makan tiap hari dengan cara membaca Quran, sedekah sehingga menjadi makanan untuk qolbu kita," ujarnya.
Konsep makan fisik yang telah dijelaskan juga diyakini akan menurunkan berat badan, sehingga selama bulan Ramadhan akan tetap ideal.
(*)