Selain itu, Dwi juga merasa terbebani, ketika bersosialisasi dengan tetangganya.
Karena ia kerap ditanyai oleh para tetangga, kapan ia diangkat menjadi PPPK.
"Selama 19 tahun wiyata bakti, sama tetangga-tetangga itu ditanya, sudah diangkat belum Bu? Saya malu menceritakan," jelasnya.
"Malu karena setiap pagi berangkat, pulangnya sama, sama kayak PPPK dan PNS, kalau ditanya belum diangkat kan malu jawabnya," tambahnya.
Pada tahun ini, pemerintah kembali membuka lowongan PPPK.
Namun, ia merasa kurang percaya diri, karena harus bersaing dengan peserta yang usianya jauh lebih muda dari dirinya.
Selain itu, peserta yang masih muda itu juga lebih terampil ketika mengerjakan tes berbasis komputer.
Untuk itu, ia meminta kepada pihak terkait agar masa pengabdian Dwi selama 19 tahun dapat dipertimbangkan untuk mengikuti seleksi PPPK tahun ini.
"Untuk itu, kalau CAT mesti juga kalah sama anak-anak yang baru, yang muda-muda dengan pengalaman kerja 3 tahun," kata dia.
"Untuk itu, saya meminta pertolongan panjenengan, saya meminta kasihan bapak-bapak," ujarnya kepada anggota Komisi IV DPRD Sragen dan perwakilan Pemkab Sragen. (*)
Source | : | Tribunnews.com,TribunJambi.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar