Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sampai Utang Demi Ikut Tes, Viral Guru di Sungai Penuh Nangis Curhat Dapat Nilai Tinggi Tapi Tak Lulus PPPK: 13 Tahun Honorer Tidak Diperhitungkan

Desy Kurniasari - Selasa, 26 Desember 2023 | 18:42
tangkap layar video yang diungggah oleh akun facebook Epi Sartika mempertanyakan dasar penilaian kelulusan tes PPPK yang diikutinya.
tangkap layar facebook Epi Sartika

tangkap layar video yang diungggah oleh akun facebook Epi Sartika mempertanyakan dasar penilaian kelulusan tes PPPK yang diikutinya.

GridHot.ID - Viral curahan hati seorang guru honorer di Kota Sungai Penuh, Jambi.

Guru honorer itu mengaku tak lulus dalam seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2023.

Ia pun membongkar pengalamannya dalam menjalani tes PPPK.

Melansir tribunjambi.com, viral di media sosial curhatan seorang guru honorer di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci.

Guru honorer tersebut menangis karena tidak lulus tes PPPK.

Dalam video yang diunggah oleh akun facebook Epi Sartika, ia mempertanyakan dasar penilaian kelulusan tes PPPK yang diikutinya di Kota Sungai Penuh.

Pasalnya, dirinya mengaku memperoleh nilai tinggi tapi tidak diluluskan, sementara peraih nilai yang rendah justru diluluskan.

“Aku ndak betanyo kepada pejabat yang berwenang dalam tes PPPK. Apo dasar yang dinilai. Sampai sampai nilai yang tinggi tidak kayo loloskan nilai yang rendah diloloskan,” ujarnya sambil menanggis.

Di video tersebut ia juga menjelaskan, apabila dasarnya hanya dari nilai, masa honor dan umur dirinya sudah berusia di atas 35 tahun.

Ia pun mengaku telah bekerja sebagai guru honorer selama 13 tahun.

“Dikato masa honor aku sudah 13 tahun, dikato umur aku lah lebih 35 tahun. Tolong kayo sampaikan apo dasar yang kayo nilai itu apo,” ucapnya lagi.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Sekuriti Basarnas Mamuju Tikam Rekan Seniornya 32 Kali Berdasarkan Rekaman CCTV, Ini Alasan Pelaku

Dalam video kedua, wanita berjilbab ini tampak menangis tersedu-sedu.

Ia pun menceritakan kondisi dirinya saat mengikuti tes PPPK Kota Sungai Penuh yang digelar di Kota Jambi.

Katanya, saat mengikuti tes dirinya sampai harus meminjam uang ke tetangga demi bisa berangkat ke lokasi tes.

Bahkan hingga saat ini, uang pinjaman tersebut belum dibayarnya.

Akan tetapi, ketika hasil tes keluar meski dirinya memperoleh nilai tinggi, dirinya justru dinyatakan tidak lulus.

Sementara peserta tes lain yang nilainya rendah dari dirinya justru bisa lulus.

“13 tahun honor tidak diperhitungkan, nilai tinggi tidak diperhitungkan. Berangkat Jambi ongkos dipinjam ndak samo jugo tes,” ujarnya.

Hingga Minggu (24/12/2023) pukul 12.30 WIB, 5 jam setelah diunggah, video tersebut telah dibagikan sebanyak 215 kali.

Unggahan tersebut juga dipenuhi komentar oleh netizen.

Terkait dengan hasil tes PPPK Kota Sungai Penuh, Kepala BKPSDM Nina Pastian mengatakan bahwa hasil tes PPPK semua sudah sesuai aturan.

“Nanti kami siap menampung peserta yang ingin bertanya. Atau kalau bisa dan lebih jelas langsung bertanya ke Kemendibud, nanti kami fasilitasi,” ungkap Nina.

Baca Juga: Waria yang Ketakutan Usai Nonton Film Siksa Neraka Tepati Janji untuk Tobat

Nina pun menyatakan, seleksi penerimaan PPPK merupakan agenda nasional.

Di mana semua sudah berdasar pada aturan yang ditetapkan dan melalui sistem dari BKN dan Kemendikbud.

“Sedikit saja kama merubah angka otomatis sistem pusat tidak bisa memproses dan menolaknya termasuk juga untuk pengusulan NIP nanti kami melampirkan semua data, nilai dan bukti lain. Jika tidak sesuai otomatis NIP tidak akan keluar,” pungkasnya.

Lihat video di sini

Sementara itu, dilansir dari Tribunnews.com, kabar serupa datang dari Sragen, Jawa Tengah.

Seorang guru honorer di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Dwi Susilowati (51) sampaikan kesedihannya.

Guru SDN 1 Cemeng ini kabarnya sudah 19 tahun menjadi honorer dan belum diangkat Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Ia pun menceritakan sedihnya menjalani profesi 'tanpa tanda jasa' tersebut.

Di usia senjanya, Dwi masih menanti kapan ia diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Ia pun harus menahan perasaan pedih sekaligus bangga, karena anak-anak didiknya sudah lebih dulu diangkat PPPK.

"Saya sudah wiyata bakti selama 19 tahun, terus anak didik sekolah, murid saya sudah diangkat PPPK, apa nggak sakit rasa sakit hati saya," kata Dwi, Senin (6/11/2023).

"Masa ibu gurunya masih wiyata bakti, anak didik sudah diangkat PPPK," tambahnya.

Baca Juga: Viral Curhatan Wanita Trenggalek yang Menikah Siri dengan Pria Beristri, Akui Ingin Nikah Resmi hingga Minta Doa Gus Iqdam

Selain itu, Dwi juga merasa terbebani, ketika bersosialisasi dengan tetangganya.

Karena ia kerap ditanyai oleh para tetangga, kapan ia diangkat menjadi PPPK.

"Selama 19 tahun wiyata bakti, sama tetangga-tetangga itu ditanya, sudah diangkat belum Bu? Saya malu menceritakan," jelasnya.

"Malu karena setiap pagi berangkat, pulangnya sama, sama kayak PPPK dan PNS, kalau ditanya belum diangkat kan malu jawabnya," tambahnya.

Pada tahun ini, pemerintah kembali membuka lowongan PPPK.

Namun, ia merasa kurang percaya diri, karena harus bersaing dengan peserta yang usianya jauh lebih muda dari dirinya.

Selain itu, peserta yang masih muda itu juga lebih terampil ketika mengerjakan tes berbasis komputer.

Untuk itu, ia meminta kepada pihak terkait agar masa pengabdian Dwi selama 19 tahun dapat dipertimbangkan untuk mengikuti seleksi PPPK tahun ini.

"Untuk itu, kalau CAT mesti juga kalah sama anak-anak yang baru, yang muda-muda dengan pengalaman kerja 3 tahun," kata dia.

"Untuk itu, saya meminta pertolongan panjenengan, saya meminta kasihan bapak-bapak," ujarnya kepada anggota Komisi IV DPRD Sragen dan perwakilan Pemkab Sragen. (*)

Source : Tribunnews.com TribunJambi.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x