Hanya saja, lanjut M Nuh, dia tak mengetahui secara pasti kronologis kejadian tersebut. Pasalnya, dia hanya mendapat informasi dari warga setelah melaksanakan sholat Jumat.
"Saat itu kami sedang melaksanakan salat Jumat, setelah selesai, kami dapat informasi dari warga adanya kejadian tersebut. Jadi setelah kami salat Jumat itu setelah kejadian. Kami balik dari jumatan sudah heboh," ucap M Nuh.
Dijelaskan M Nuh, korban adalah pasangan suami dan istri bernama Bastiyar berusia sekitar 64 tahun, dan istrinya adalah Sainona berusia sekitar 60 tahun.
Sementara pelaku pembunuhnya adalah anak kandungnya sendiri bernama Asep Gusti Randa yang masih berusia 29 tahun.
"Pelaku ini masih bujangan," katanya.
Saat disinggung soal gangguan jiwa yang dialami pelaku, M Nuh membenarkan dan menyebut bahwa pelaku sesekali juga kambuh.
"Sepertinya seperti itu, karena kadang-kadang normal dan kadang-kadang juga kumat. Tapi tidak mengganggu orang," ucapnya.
Kambuhnya pelaku sambung M Nuh, hanya sering berbicara sendiri dan bernyanyi, dan tak pernah menganggu orang.
"Kalau kambuh sering ngomong sendiri, tidak ganggu orang, karena tidak ada laporan warga yang merasa diganggu," ungkapnya.
M Nuh juga mengaku, bahwa pelaku mengalami gangguan setelah tamat SMA. Namun, dia tak mengetahui secara pasti penyebabnya.
"Mungkin dulu depresi berat. Pernah di bawa ke rumah sakit jiwa di Palembang. Tapi sembuh, jadi dibawa balek di urusi oleh keluarganya. Tapi masih rawat jalan, dan sering beli obat," jelasnya.