Tembok Miring
Namun, Amry berkata lain. Ia menuturkan, tembok SPBU itu sudah rawan roboh sejak lama.
Sebab, posisinya miring. Warga setempat pun telah melayangkan teguran kepada pihak SPBU.
"Ada retak-retak juga, tapi dari pihak SPBU diam saja. Enggak ada penanganan. Sudah banyak warga yang komplain," ucap dia.
Polisi Lakukan Penyelidikan
Sementara itu, jajaran Polres Metro Jakarta Selatan akan menyelidiki penyebab tembok itu roboh.
"Untuk mengetahui penyebabnya, kami akan dalami terus. Berkoordinasi dengan Puslabfor Polri," ujar Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi di lokasi, Minggu.
Yossi melanjutkan, penyelidikan dilakukan untuk mendalami informasi yang disampaikan warga setempat.
Mereka menuturkan, tembok SPBU itu sudah dalam kondisi miring. Namun, polisi perlu memastikan infromasi tersebut.
"Info itu harus didalami. Pemeriksaan dimulai sore hari, dam akan terus menggali informasi seputar fakta peristiwa atau situasi sebelum peristiwa terjadi," ucap dia.
Sebelum tewas, S dan T sudah menempati lapak itu sekitar tiga tahun terakhir.
"Mereka tinggal di situ sudah sekitar tiga tahun, di tenda," ungkap Doni.
Sehari-hari, S dan T menggunakan lapak itu untuk membuka warung makan.
Sebelumnya, S dan T memiliki rumah di sekitar lokasi. Mereka sudah menetap sejak 1970-an.
Doni tidak mengetahui alasannya, tetapi mereka berdua menjual rumah itu. Kemudian, S dan T kerap berpindah-pindah lokasi kontrakan sebelum akhirnya menetap di lapak dekat SPBU itu.
"Daripada tidur di situ, mau saya carikan kosan. Mau saya bawa, eh namanya sudah takdir, jadinya begitu (meninggal)," ujar Doni. (*)
Source | : | Kompas.com,TribunJakarta.com |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar