Gridhot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua diketahui menggunakan berbagai cara untuk bisa menyerang aparat TNI Polri yang bertugas di Bumi Cendrawasih.
Dikutip Gridhot dari artikel sebelumnya, KKB Papua diketahui melancarkan berbagai serangan ke warga dan aparat akhir-akhir ini.
KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya hingga kini masih terus menyandera pilot Susi Air kapten Philips Mark Mehrtens.
Bahkan kelompok tersebut sempat meminta agar istri kapten Philip diajak bertemu mereka.
Namun Satgas Damai Cartenz mencium rencana licik tersebut.
Diduga nantinya istri kapten Philips akan ikut disandera saat dipertemukan.
Selain itu KKB Papua di Intan Jaya juga terus melakukan serangan akhir-akhir ini.
Mereka tak segan melakukan penyerangan di tengah perkampungan.
Satu anggota Brimob Bripda Alfandi Steve Karamoy gugur usai terkena tembakan KKB Papua di Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah.
Adu tembak terus terjadi di awal tahun 2024 ini.
Bahkan menurut Ws. Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan, para anggota KKB memang sengaja menggunakan masyarakat sekitar sebagai tameng hidup saat adu tembak dengan TNI Polri.
"Mereka berbaur dengan masyarakat kemudian melancarkan aksi penyerangan dan penembakan kepada Warga Sipil yang telah menjadi targetnya, termasuk pula kepada Aparat Keamanan TNI-Polri," katanya.
Letkol Inf Candra menjelaskan, berita Hoaks itu seperti diwartakan (30/1/2024) di media sosial (medsos).
"Bahwa KKB dan simpatisannya menyebutkan berhasil menembak Prajurit TNI dan mayat Prajurit TNI tersebut membusuk di Titigi."
"Sedangkan yang terjadi bahwa Prajurit TNI tersebut terkena recoil set atau terkena pantulan peluru saat KKB menembak pagar Kantor Bupati Intan Jaya dan saat ini Prajurit TNI ini sudah membaik dan akan bertugas kembali," sambung Candra.
Tak hanya itu, KKB juga mengangkat isu Patung Yesus yang sebenarnya telah dibahas dan telah diselesaikan oleh Unsur Forkopimda dan Para Tokoh di Intan Jaya.
Terkait Penembakan di Intan Jaya pada Akhir Bulan Januari 2024, menurut Candra,terkait kejadian penembakan (29/1/2024) oleh KKB saat tengah berlangsung rapat koordinasi di kantor Pemda Kabupaten Intan Jaya dan mengenai pagar kantor tersebut.
Dijelaskan, gerombolan KKB berbaur dengan masyarakat, kemudian melakukan penembakan mengenai pagar Kantor Pemda.
"Akibatnya pantulan peluru atau recoil setnya mengenai Prajurit TNI Satgas Yonif 330/TD yang membantu mengamankan pelaksanaan Rapat Koordinasi tersebut," ujarnya.
"Modus adalah KKB berbaur dengan Masyarakat dan menjadikan Masyarakat sipil sebagai tameng, lalu melancarkan Aksinya. Cara-cara itu lah yang digunakan gerombolan ini," sambung Candra.
Dia mengatakan, Aparat TNI Polri sangat berhati-hati dalam bertindak demi menghindari terjadinya korban dipihak Masyarakat sipil.
"Kalau gerombolan KKB segala cara digunakan, termasuk mengorbankan warga sipil, membakar rumah warga dan fasilitas umum, serta merampas hasil bumi dan melarang warga beraktivitas di Pasar," tandasnya.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) beserta simpatisan aktif menyebar berita provokatif dan Hoax dengan tujuan menghasut masyarakat untuk melawan Pemerintah dan Aparat Keamanan, sehingga pembangunan kesejahteraan Papua terhambat.
Dikutip Gridhot dari Tribun Papua, pola lain yang digunakan KKB beserta adalah memaksa masyarakat untuk mencuri dan merampas senjata milik Aparat TNI Polri, maupun aparat lainnya yang memiliki Senjata Api.
Jika tidak berhasil maka KKB membunuh masyarakat tersebut.
Hal itu disamaikan Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan, melalui keterangan terulis, Sabtu (3/2/2024).
"Akibat pola-pola seperti ini, yang menjadi korban adalah masyarakat. KKB tanpa berpikir HAM tega mengorbankan masyarakat hanya untuk kepentingannya gerombolannya," ujar Candra.
Apa yang diungkapkan Kapendam ini, sesuai dengan apa yang dirilis sejumlah media yang mewartakan KKB di Puncak Ilaga beraksi merampas satu pucuk senjata Laras Panjang milik Pos Pol KP3 Udara di Pusat Kota, Kamis siang (1/2/2024).
"Mencuri dan merampas senjata aparat serta membunuh sudah perilaku KKB. Padahal masyarakat yang dibunuh memiliki keluarga yang ingin hidup bahagia, rukun dan damai," ungkap Kapendam.
"Apa kita masih percaya KKB dan simpatisannya, tentu tidak," tandasnya.
(*)