GridHot.ID - Pemimpin Majelis Ta'lim Musthofa Habib Hasan bin Ja'far Assegaf meninggal dunia pada Rabu (13/3/2024) sekitar pukul 09.00 WIB.
Habib Hasan wafat usai menunaikan salat dhuha dalam usia 47 tahun.
Melansir artikel Kompas.com, Habib Hasan akan dimakamkan di bawah kaki ibunya pada Kamis (14/03/2024).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh adik almarhum, Habib Abdullah bin Ja'far Assegaf.
"Ini salah satu wasiat beliau, yang dari awal meminta dimakamkan di bawah kaki ibunya. Bahkan, sudah dihitung oleh beliau di sini tempat meninggalnya nanti," kata Abdullah kepada wartawan, Rabu (13/3/2024).
Almarhum akan dikubur di Hubabah Fatmah Alatas atau Makam Alwaliyah Syarifah Fatmah binti Hasan Alatas, yang masih termasuk dalam kompleks Masjid Nurul Musthofa Center.
Bagi yang ingin mengenang sosok almarhum, berikut profil dan perjalanan hidupnya yang bisa disimak.
Melansir wartakotalive.com, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf merupakan pendiri Majelis Nurul Musthofa.
Habib Hasan lahir di pada tahun 1977 di Kramat Empang Bogor.
Ia belajar agama dari sejumlah ulama besar, termasuk Syaikh Usman Baraja, Syaikh Abdul Qodir Ba'salamah, dan Syaikh Ahmad Bafadhol.
Ia menempuh pendidikan tinggi di IAIN Sunan Ampel Malang.
Lulus kuliah dari IAIN Sunan Ampel Malang, ia memutuskan untuk belajar bersama alim ulama yang berada di Jakarta.
Bertahun-tahun setelah itu, ia mendirikan Majelis Nurul Musthofa.
Majelis Nurul Musthofa memiliki misi mensyiarkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW serta mengenalkan pribadi Rasulullah sebagai suri tauladan manusia.
Habib Hasan menikah dengan Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad (Al Hawi) yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Dari pernikahan itu, Habib Hasan memiliki satu orang putri dan 2 orang putra.
Habib Hasan diketahui pernah berdakwah hingga ke Yaman, Abu Dabi, dan Arab Saudi.
Pada tahun 1999, Habib Hasan pergi kembali ke Jakarta usai mendapat kabar bahwa guru Habib Hasan Al-Habib Umar bin Hud Alatas telah meningal dunia.
Di Jakarta, Habib Hasan melihat para pemuda yang senang melakukan berbagai maksiat.
Habib Hasan pun tergerak untuk berdakwah kepada pemuda di Jakarta.
Namun, karena belum ada celah dan tempat untuk berdakwah di Jakarta, Habib Hasan akhirnya kembali ke Bogor untuk membantu orang tuanya untuk berdagang berjualan kain yang berkodi-kodi jumlahnya.
Dalam sehari, Habib Hasan bisa habis menjual 18 kodi kain. Habib Hasan mampu menjajahkan dagangannya mulai dari kampung ke kampung hingga dari pesantren ke pesantren.
Masih di tahun 1999, ada peziarah yang datang ke ke Habib Keramat Empang, Bogor.
Para peziarah berasal dari Jakarta Selatan. Peziarah tersebut bernama Aray dan Zaenal Arifin.
Peziarah tersebut rupanya menginginkan Habib Hasan untuk berdakwah di Jakarta. Akan tetapi saat itu Allah SWT belum berkehendak karena Habib Hasan belum niat berdakwah ke Jakarta.
Selang beberapa minggu kemudian, Allah SWT memberikan petunjuk kepada Habib Hasan berdakwah ke Jakarta.
Adapun dakwah Habib Hasan dimulai di wilayah Ciganjur, Jakarta Selata, tepatnya di Jalan Jambu Dua Ciganjur di rumah Zaenal Arifin.
Habib Hasan memulai dakwah dengan membuka ratib dan maulid Simthuddurrar secara kecil-kecilan. Baru berapa hari di Jakarta untuk berdakwah, Habib Hasan sudah mendapatkan ujian baik bersifat dzahir dan batin.
Pada tahun 2000 mulailah Habib Hasan untuk membuat pengajian ratib, yang diikuti oleh dua puluh orang jemaah. Semingu kemudian, jemaah berkurang menjadi lima belas orang. Jemaah pun terus berkurang dari hari ke hari.
Meskipun demikian, Habib Hasan tetap berusaha semangat untuk berdakwah di jalan Allah SWT.
Usaha tampaknya tak menghianati hasil, jemaah yang mengikuti pengajian Habib Hasan semakin bertambahseiring waktu.
Karena jemaahnya yang terus bertambah banyak, Habib Hasan lantas berangkat ke Solo untuk menemui Habib Anis Al-Habsyi guna minta ijazah maulid Simthuddurrar.
Habib Anis Al-Habsyi pun mengizinkannya membawakan maulid Simthuddurrar.
Dari situ, mulailah Habib Hasan membuka pengajian dengan mengunakan maulid Simthuddurrar. Ketika itu, maulid diadakan di wilayah Ciganjur ataupun Kampung Kandang.
Habib Hasan menggagas untuk membuat maulid dengan mengunakan marawis atau ketimpring (rabana) dengan tujuan agar lebih meriah dan ramai.
Pada tahun 2001, jemaah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yang menghadiri pengajian terus bertambah mulai dari 100 jemaah lalu bertambah menjadi 150 orang, sampai akhirnya menjadi 500 jemaah.
Masih di tahun yang sama, Habib Hasan kedatangan para habib mulai dari Habib Anis AlHabsyi, yang memberikan ijazah maulid Simthuddurrar.
Sejak itu, pengajian Habib Hasan diberi nama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang sebelumya bernama Al-Irfan.
(*)