“Saya sempat cium bau mulutnya, enggak bau jigong, kayak bau minuman. Intinya, dia itu enggak suka dengan karyawan gereja yang namanya Suwandi ikut markir. Penginnya dia, kalau habis kerja, absen, ya pulang saja,” ucap Abdul melanjutkan.
Dalam percakapan tersebut, Abdul menekankan apa yang sebenarnya diinginkan Botol dengan bertanya, “Abang maunya apa?".
Namun, sekonyong-konyong Botol menyikut perut Abdul. Spontan, Abdul merespons menjatuhkan Botol ke tanah dengan posisi telentang.
Tak lama, Abdul membalikkan tubuh Botol ke posisi tengkurap. Saat itulah, jari manisnya digigit hingga putus.
“Tapi, tangannya masih gerak-gerak. Saya balikkan ke posisi tengkurap. Pas posisi tengkurap, jari manis tangan kiri saya masuk (ke mulut Botol). Ya sudah (putus),” kata Abdul.
Saat ditanya apakah Botol mempunyai masalah pribadi dengan Suwandi, Abdul mengaku tak tahu menahu.
“Pokoknya itu urusan dia. Salah satu omongan yang keluar kayak gitu. Suwandi ini enggak tahu kejadiannya, tapi dilibatkan sebagai saksi karena namanya ini diomongin,” imbuh Abdul.
Meski mengenal Botol, Abdul tak menganggap pelaku sebagai rekannya.
“Dibilang rekan, enggak, dibilang enggak, tapi kenal,” ujar Abdul yang sudah 22 tahun bekerja di Gereja Immanuel sebagai petugas keamanan.
Sepengetahuan Abdul, Botol sehari-harinya menjadi petugas parkir liar di sekitar Gereja Immanuel dan Masjid Raya Bintaro Jaya.
“Parkir liar. Kita (satpam Gereja Immanuel) kan enggak ke depan (Jalan Flamingo) karena kita punya kendaraan yang harus dijaga di sini (halaman Gereja Immanuel),” ujar Abdul.