Gidion mengatakan, berdasarkan hasil autopsi, ditemukan luka di bagian ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru.
Kemudian polisi juga mendapati bahwa penyebab hilangnya nyawa korban yang paling utama adalah upaya pertolongan yang tidak sesuai prosedur dilakukan oleh tersangka.
"Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian," jelas Gidion.
"Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur," paparnya.
Dilansir dari tribunsumsel.com, polisi mengungkap pemicu Tegar Rafi Sanjaya alias TRS(21), senior mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tega aniaya juniornya bernama Putu Satria Ananta Rustika hingga tewas.
TRS sendiri merupakan mahasiswa tingkat 2 STIP Jakarta, sementara korban masih tingkap 1.
Putu Satria Ananta Rustika tewas mengalami lebam pada bagian ulu hati usai dihabisi TRS di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024) pagi.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan,
kehidupan senioritas menjadi motif dari kasus ini.
Gidion menilai ada arogansi senioritas yang ditemukan pihaknya.
"Motifnya kehidupan senioritas. Kalau bisa disimpulkan mungkin ada arogansi senioritas," kata Gidion, kepada wartawan di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (4/5/2024) malam, dilansir dari Kompas.com.