Seisi ruang tamu juga turut mengusap mata dengan tisu, pun demikian saya.
Terutama saat bu Iti dengan penuh isak mengatakan bahwa sudah 8 tahun saya menghadapi situasi sulit ini, apakah Tuti bisa bebas atau tidak.
Dari hari ke hari hanya doa dan tangis yang tak henti.
Dengan agak lirih, Bu Iti bergumam "saya ikhlas apapun yang terjadi, tapi insya Allah Tuti bisa pulang."
Air mata kami tak terbendung, sesenggukan bersautan.
Baca Juga : 4 Fakta di Balik Layar Film Dilan 1991, Iqbaal Ramadhan Ungkap Sisi Lain Karakter Dilan
Kami saling diam, jeda, menguatkan diri masing-masing dan mencoba terus menguatkan bu Iti.
Beban bu Iti makin berat ketika tahun lalu, ayahnya Tuti meninggal dunia karena sakit komplikasi dan juga beban pikiran tentang kasus Tuti.
Persis bu Iti kehilangan tempat bersandar.
Namun dalam kedukaan harus selalu semangat: saya harus sehat, biar Tuti tetap punya saya dalam menghadapi masalah ini, sambil terisak.
Saya harus kuat, katanya.
Kukatakan pada bu Iti, ibu perempuan kuat, pejuang.