Baca Juga : 10 Alasan Mengapa Wanita Indonesia Lebih Memikat di Mata Bule
Hasilnya, hampir semua produk pembalut dan pantyliner yang beredar di pasaran mengandung klorin.
Dikutip dari website resmi YLKI, dalam pengujian itu YLKI menggunakan sampel yang diperoleh dari ritel, dengan menggunakan metode Spektrofotometri.
"Dari hasil pengujian YLKI, 9 merek pembalut dan 7 merek pantyliner semua mengandung klorin dengan rentang 5 s/d 55 ppm.
Kandungan klor yang paling tinggi (54.73 ppm) pada merek Charm dan pada pantyliner kandungan klor tertinggi pada merek V Class (14,68 ppm), sedangkan kandungan terendah pada pembalut Softness standard Jumbo Pac (6.05 ppm) dan pantyliner Laurier Active Fit (5.87 ppm).
Tidak hanya uji lab, kami juga menganalisa label produk pembalut dan pantyliner.
Data menunjukkan sebagian besar (52%) produk tidak mencantumkan komposisi pada kemasan produk dan sebagian besar (57%) produk tidak mencantumkan tanggal kedaluarsa dan dari hasil pengujian serta analisa label bahwa pembalut dan pantyliner yang berasal dari kertas memiliki kadar klorin lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari kapas."
Baca Juga : Terjerat Utang, Uang Pesepakbola Ronaldinho Hanya Tersisa Rp101 Ribu!
Demikian hasil pengujian yang disiarkan melalui siaran pers pada 2015 tersebut.
Dikutip dari Naturally Savvy, pembalut juga tak hanya mengandung klorin, tapi juga menggunakan bahan lainnya yang berguna untuk menyerap cairan semisal menggunakan bubuk Sodium Polyacrylate.
Sodium Polyacrylate adalah polimer sintetis yang digunakan dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi lainnya karena kemampuannya menyerap sebanyak 200 hingga 300 kali massanya dalam air.
Hal ini terlihat sebagai bubuk putih ketika kering, tetapi berubah menjadi zat seperti gel ketika basah, dan terutama digunakan sebagai agen pengental.