Find Us On Social Media :

Dijemur dan Dihukum Lari Keliling Lapangan 20 Kali Karena Datang Telat ke Sekolah, Baru Masuk Putaran Keempat, Siswa SMP di Manado Ini Mendadak Tewas

Fanly Lahingide

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Seorang siswa yang tak bisa menaati peraturan sekolah biasanya akan diberikan hukuman dari pihak sekolah sendiri.

Pelanggaran-pelanggaran ini bukan diartikan sekolah untuk menghukum, namun untuk mendidik dan mengingatkan seorang siswa.

Namun peringatan atau pun ganjaran yang diberikan pada siswa yang bersalah sebaiknya dilakukan dengan wajar.

Baca Juga: Datang ke Pelantikan Bersama Kedua Orangtuanya yang Pakai Sarung, Inilah Sosok Angelo Wako, Anggota DPR RI Asal Ende yang Lantang Tolak Radikalisme

Supaya tidak terjadi apapun yang mampu merugikan pihak sekolah dan juga siswa sendiri.

Seperti kasus yang belakangan ini terjadi di Manado.

Melansir dari TribunManado.co.id, dikabarkan seorang siswa SMP meninggal setelah menerima hukuman dari gurunya pada Selasa (1/10/2019).

Baca Juga: Ramalannya Sering Terjadi, Situs DeathList Kembali Keluarkan Daftar Prediksi Kematian Tokoh Dunia di Tahun 2019, Sembilan dari Lima Puluh Orang yang Disebutkan Benar Meninggal

Peristiwa itu terjadi di SMP Kristen 46 Mapanget Barat, Manado.

Korban bernama Fanly Lahingide, warga Perumahan Tamara, Kelurahan Mapanget Barat, Lingkungan VIII, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulut.

Dikabarkan Fanly meninggal usai menjalani hukuman dari gurunya yaitu berlari memutari lapangan sekolah.

Gurunya meminta Fanly berlari memutari lapangan sekolah karena dirinya datang terlambat ke sekolah.

Baca Juga: Terisak Melihat Anggota MPR Sibuk Berebut Kursi Pimpinan, Anggota DPR Papua Barat Jimmy Demianus Ijie: Kamu Bukan Negarawan, Penipu Semua!

Fanly pun melakukan hukuman yang diberikan bersama teman-teman lainnya yang juga terlambat.

Namun hingga sekarang masih belum ada kepastian kenapa Fanly datang terlambat.

Namun, Fanly Lahingide pada Selasa pagi itu berbaris bersama dengan temen-teman lainnya.

Baca Juga: Dibanting dan Dipukuli Selama Seminggu, Bocah 6 Tahun di Kaltim Tewas Usai Dianiaya Wanita LGBT Pacar Tantenya, Pelaku Sempat Antar Korban ke RS

Berdasarkan pengakuan teman korban, Betran (14), ia menceritakan kronologis kejadian saat dirinya bersama korban menjalani hukuman yang sama.

"Jadi waktu itu kami terlambat ke sekolah, dan dipanggil nama-nama kami oleh Mem," ujarnya.

Lanjutnya, setelah itu, dia dan korban serta beberapa temannya yang dipanggil disuruh berdiri di lapangan.

"Sekitar 15 menit disuruh berdiri, Fanly mengatakan bahwa dirinya sudah rasa pusing," ucapnya.

Baca Juga: Bermodal Sendok, 2 Napi Asal Sumenep Berhasil Jebol Tembok Penjara, Pernah Tiga Kali Melarikan Diri Tapi Baru Berhasil di Percobaan Keempat

Betran juga menjelaskan seusai dijemur di bawah matahari, tidak lama kemudian oknum guru berinisial CS (58) menyuruh kami untuk berlari memutari lapangan sebanyak 20 kali.

Pada saat mulai mengikuti perintah dari gurunya, tiba-tiba korban pingsan dan jatuh di halaman sekolah.

"Saya tidak mengatakan kepada Mem kalau korban sudah mengeluh pusing," bebernya.

Baca Juga: Baru Sehari Dilantik Sudah Buat Ulah, 290 Anggota DPR Bolos Rapat Paripurna, Publik: Sudah Sangat Biasa

Katanya juga, ketika diputaran ke empat, korban jatuh pingsan dan wajanya terbentur di tanah.

"Kami langsung berhenti berlari dan mengatakan kepada Mem bahwa Fanly sudah pingsan," ucapnya.

Fanly pun segera dilarikan ke rumah sakit Auri, dan dirujuk ke RSUP Kandou Manado.

Namun sayangnya nyawa korban sudah tak tertolong lagi.

Selanjutnya jasadnya di bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.

Baca Juga: Fotonya Terbaring Lemas dengan Anak Panah Tertancap di Bahu Viral, Polisi Korban Bentrokan Demo di Makassar Malah Dikira Akting, Kapolres Semprot Netizen

Hal ini juga telah di konfirmasi oleh ayah korban saat diwawancarai.

Ayah korban juga mendapatkan kabar dari teman anaknya.

"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.

Joni Lahingide ayah korban awalnya langsung syok mendengar kabar ini.

Baca Juga: Langsung Hilang Usai Posting Tentang Demo Mahasiswa Tolak RUU KUHP, Akun Instagram Lambe Turah Tak Dapat Ditemukan, Netizen Jadi Penasaran

Padahal sebelum kejadian, ia yang mengantar Fanly ke sekolah.

"Padahal saya baru mengantarnya tadi pagi di sekolah dengan menggunakan sepeda motor," ujar Joni ke awak media saat dijumpai di rumah sakit Bhayangkara Karombasan, Selasa (01/10/2019) tadi.

Dijelaskannya, sekitar pukul 06.50 Wita, dia mengantar korban ke sekolah, setelah itu dia pergi ke rumah.

"Saya baru mau makan, baru mengambil makanan, tiba-tiba teman dari Fanly datang ke rumah dan mengatakan bahwa Fanly mengalami kecelakaan di sekolah dan sudah dibawa ke Rumah Sakit Auri," katanya.

Lanjutnya, belum sempat makan, dirinya langsung ke Rumah Sakit Auri untuk melihat anaknya.

"Saat di Rumah Sakit Auri, Fanly sudah tidak merespons panggilan saya, selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Malalayang, namun anak saya sudah meninggal di perjalanan menuju rumah sakit," jelasnya.

Baca Juga: Dikomentari Ernest Prakasa, Cuitan Cinta Laura yang Sebut Demo Menganggu Langsung Mendadak Hilang, Netizenpun Jadi Gregetan

Namun sesampainya di rumah sakit dan mengecek ternyata anaknya tidak mengalami kecelakaan melainkan pingsan di sekolah karena disuruh lari memutari lapangan sekolah.

"Menurut beberapa temannya, Fanly diberi ganjaran karena terlambat ke sekolah, sehingga disuruh berdiri di panas (di bawah terik sinar matahari)," bebernya.

"Saya mendapat informasi, saat lari diputaran ke empat, anak saya pingsan dan jatuh ke tanah dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh mereka," katanya.

Baca Juga: Dicap Beringas Saat Ikut Aksi Demonstrasi DPR, Puluhan Pelajar STM Ini Justru Bisa Balikkan Citra Buruk Mereka, Cium Tangan Seorang Anggota TNI yang Sedang Jaga Demo Satu Persatu

Lanjutnya, sebagai orang tua korban, mereka keberatan dengan perbuatan oknum guru berinisial CS (58) terhadap anak mereka.

"Akan di auotopsi dan kami akan proses lanjut kasus ini, karena anak kami tidak pernah sakit, apalagi masuk rumah sakit tidak pernah, jadi anak kami ini tidak ada riwayat sakit, namun prilaku oknum guru ini patut diproses hukum," tegas ayah korban.

Sementara itu, kasus ini sudah ditangani Kapolsek Mapange AKP Muhlis Suhani.

"Kalau kasus ini akan diproses lanjut, kami siap menerima laporan dari keluarga korban," tegas Kapolsek.

Pihak sekolahpun juga telah memberikan penjelasan sama seperti yang dikatakan teman-teman korban.

Baca Juga: Baru Kali Ini, Rombongan Sepeda di Banyuwangi Buat Kereta Api Berhenti Saat Mereka Melintas di Palang Perlintasan, Ternyata Ini yang Terjadi

"Untuk oknum guru yang memberikan ganjaran kepada korban saat ini lagi drop di rumah sakit," kata Kapolsek.

Tambahnya, jadi anggotanya sudah menemui oknum guru perempuan berinisial CS (58) di Rumah Sakit Auri.

"Oknum guru diduga syok dan saat ini masih dirawat di rumah sakit, belum bisa diambil keterangan," ucap Kapolsek.(*)