Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Cuaca ekstrem belakangan ini sedang dialami beberapa daerah di Indonesia.
Salah satu dampaknya adalah hujan lebat yang menyebabkan bencana banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Melansir dari Antaranews.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga Jabodetabek untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung selama bulan Januari dan Februari 2020.
"Berdasarkan prediksi BMKG cuaca ekstrem bakal terjadi pada 11 hingga 15 Januari, akhir Januari, dan pertengahan Februari," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan dalam siaran pers BNPB.
Selain itu, BNPB juga meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabodetabek dan Banten untuk siaga mengatisipasi kemungkinan terjadinya bencana akibat curah hujan yang tinggi dan cuaca ekstrem.
"BPBD juga harus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat,"kata Lilik.
Koordinasi antara BPBD dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), badan Informasi Geospasial (BIG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dinas Pekerjaan Umum (DPU) serta tokoh masyarakat harus selalu ada.
Ïnformasi terutama kepada masyarakat yang bermukim di wilayah beresiko tinggi," tegas Lilik.
BNPB juga meminta BPBD untuk meningkatkan kesiagaan pemerintah daerah dan warga dalam menghadapi bencana banjir dan tanah longsor.
Kesiapan sumber daya dan sistem penyebar informasi di tempat warga berkumpul seperti tempat wisata atau fasilitas umum harus selalu diperhatikan.
Sementara itu, TNI AU, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB TMC) Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerjasama untuk menahan hujan.
Melansir dari angkasanews, dalam sehari, tim modifikasi cuaca menerbangkan dua kali pesawat Cassa 212 dan satu pesawat CN295.
Tim gabungan ini saling bekerjasama untuk mengurangi jumlah curah hujan di atas langit Jabodetabek dan sekitarnya.
Prinsip kerja modifikasi cuaca ini bukanlah menghentikan atau memindahkan hujan ke area lain namun menahan awan-awan yang tengah bergerak ke atas langit Jakarta.
Awan yang berpotensi menimbulkan hujan ini diharapkan berbelok arah atau berhenti di atas lautan sehingga hujan akan tetap jatuh di atas laut.
Menurut tim modifikasi cuaca, awan-awan tebal yang berada di atas Jabodetabek akan mereka biarkan untuk menjatuhkan hujan.
Mereka berfokus pada awan-awan yang berada di sekitaran Jabodetabek.
"Kita tabur di ketinggian 10.000 hingga 11.000 kaki," ujar salah satu tim BPPT di tengah penerbangan, Rabu (8/1/2020).
Setelah terbang di ketinggian sekitar 10.000 hingga 11.000 kaki dari atas permukaan tanah, mereka menabur garam NaCl di tengah awan yang berpotensi hujan tersebut.
Kali ini yang disasar adalah awan-awan tebal di kawasan pesisir Kabupaten Serang hingga Selat Sunda.
Satu per satu tabung penyimpanan garam dibuka.
Garam langsung menyatu dengan awan untuk mengikat uap air agar tidak bergerak lebih jauh ke kawasan Jabodetabek.
Hasil dari modifikasi cuaca ini kita bisa rasakan paling telat 24 jam setelahnya.
Terbukti setelah pesawat mendarat, hujan di beberapa kawasan, seperti di Tangerang dan Bekasi berkurang intensitasnya.
BMKG, BPPT, dan TNI AU akan terus melakukan program modifikasi cuaca ini setiap hari hingga batas waktu yang tidak ditentukan.(*)