Find Us On Social Media :

Kini Menyandang Gelar Gusti Kanjeng Ratu Keraton Yogyakarta, GKR Hemas Blak-blakan Soal Perjalanan Hidupnya, Hobi Berkelahi hingga Pernah 'Dibuang' dari Rumah

GKR Hemas.

Keluarga saya memang dari Yogyakarta, tinggal di lingkungan dekat Keraton. Tapi ya itu tadi, kami sudah jauh dari adat-istiadat Keraton.

Eyang Kakung (Kakek. Red) adalah abluli dalem (pelayan istana-Red) di Keraton Yogyakarta. Kalau diurut-urut,  beliau mempunyai hubungan darah jauh dengan mendiang Hamengku Buwono III.

Dan kami merasa tak ada gunanya mengelus-elus soal keturunan yang sangat samar-samar ini. Kami sama sekali tak merasa sebagai keturunan Keraton.

Baca Juga: Namanya Jadi Sorotan Usai Direstui Istri Pertama Untuk Poligami, Inilah Sosok Abah Kuka , Pria Muda Pimpinan Pondok Pesantren Cijeungjing Dengan Gurita Bisnis Tambang hingga Properti

Itulah sebabnya kami, termasuk eyang-eyang dan orangtua saya, menjalani hidup seperti layaknya anggota masyarakat biasa.

Saya lahir di Jakarta, 31 Oktober 1952, dengan nama Rr. Tatik Deradjad Supriastuti. Saya tumbuh di kota itu pula.

Ayah saya tentara, R. Soepono Digdosastropranoto. Pangkat terakhirnya, kolonel. Beliau mantan Kepala Perindustrian Angkatan Darat. Sedangkan ibu saya, Rr. Susantilah.

Baca Juga: Sama-sama Terpengaruh Miras, Pria Ini Bunuh Istrinya Usai Dilempar Asbak Saat Bercanda Bersama, Pelaku Bebas Hukum karena Diduga Alami Gangguan Jiwa

Kelaki-lakian

Saya anak ketiga dari tujuh bersaudara. Dan hanya saya sendiri yang perempuan. Mungkin karena itu, masa kecil dan remaja saya lagaknya kelaki-lakian.

Tomboy-lah. Permainan yang  saya gemari waktu kecil tak jauh dari kesukaan bocah laki-laki: layangan, kelereng. atau mobil-mobilan.