Find Us On Social Media :

Aegis Ashore, Rudal Balistik Jepang yang Akan Digunakan untuk Hancurkan Tiongkok di Laut China Timur, Sudah Dipersiapkan Matang-matang, Tinggal Nunggu Waktu untuk Diluncurkan, Kapan?

Berkilah dengan Alasan Biaya, Terungkap Jepang Hentikan Sistem Pertahanan Rudal karena Sadar Justru Negara Inilah yang Perlu Mendirikan Sistem Senilai Rp24 Triliun Tersebut di Jepang

Menghadapi ancaman yang kian membesar setiap harinya, Jepang berniat untuk luncurkan rudal balistik demi mempertahankan perairan tersebut.

Namun, mengutip dari Reuters tiba-tiba Jepang membatalkan peluncuran rudal balistik tersebut.

Aegis Ashore adalah sistem pertahanan rudal balistik yang direncanakan Jepang mempertahankan kepulauan tak dihuni di Laut China Timur sepanjang 3000 kilometer.

Rupanya, beberapa pembuat kebijakan Jepang ingin Jepang benar-benar capai kemampuan untuk menyerang misil musuh sebelum Aegis Ashore diluncurkan.

Baca Juga: Intel Jepang Sampai Kaget Temukan Adanya Gerakan Aneh di Korea Utara, Kim Jong Un Diduga Ambruk Gara-gara Terinfeksi Corona, Tak Pernah Muncul Rapat Sampai Dikira Meninggal untuk yang Kedua Kalinya

Dikutip dari Intisari, Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono membuat keputusan mengejutkan yaitu menunda peluncuran Aegis Ashore yang dijadwalkan pada 2025 mendatang.

Dikatakan bahwa, roket peluncur yang digunakan untuk mempercepat misil pencegah SM-3 Block IIA dapat jatuh di sebelah utara Prefektur Akita dan sebelah selatan Prefektur Yamaguchi.

Masalah itu tentunya mengancam rakyat yang hidup di wilayah tersebut.

Namun menurut pakar militer, masalah itu sudah diketahui Jepang semenjak mereka memilih rudal Aegis Ashore 2018 silam.

Baca Juga: Jauh Sebelum dengan Atta Halilintar, Aurel Pernah Diam-diam Pacari Pilot, Krisdayanti Langsung Wanti-wanti Putri Anang Hermansyah: Habis Pulang Liburan Langsung Saya Terawang!

Pencegah dikembangkan untuk digunakan di laut, tempat puing-puing rudal dapat jatuh tanpa mencederai siapapun.

Menyebutkan kepada Reuters, Yoji Koda, mantan laksamana Pasukan Pertahanan Maritim yang memimpin kapal Angkatan Laut Jepang dari 2007 sampai 2008 menyampaikan: "dari awal, cerita pemerintah Jepang sangatlah tidak mungkin.