Find Us On Social Media :

Berani Nantang, Tak Berani Perang, Australia Sesumbar Klaim Tiongkok Atas Laut China Selatan Adalah Ilegal, Tingkahnya Bikin Heran Amerika Saat Dikompori untuk Menyerang

Baru Kembali Terjadi Setelah Dua Dekade, Komposisi Kapal Induk Amerika di Laut China Selatan Ini Tunjukkan Rasa Frustasi AS dengan Polah Tiongkok

Gridhot.ID - Australia memang dilaporkan sedang 'menindas' China di negaranya dengan beberapa kebijakan tertentu.

Namun sikapnya kini malah jadi kepalang tanggung semata.

Australia yang lantang menentang klaim Tiongkok atas Laut China Selatan menolak desakan Amerika Serikat untuk bertindak lebih.

Padahal, AS sudah begitu semringah saat mengetahui bahwa sekutunya tersebut berani menentang aksi invasif Tiongkok di LCS.

Baca Juga: Baju Syar'i Hingga Kaftan Berkualitas Tinggi, Ini Deretan Usaha Vernita Syabilla Sebelum Tersandung Kasus Prostitusi, Hidupnya Berubah Usai Operasi Plastik

Sementara China sendiri menuduh AS kini akan terus-menerus 'mengompor-ngompori' Australia.

Sebuah kondisi yang diklaim China akan semakin memperkeruh suasana di kawasan sengketa tersebut.

Sikap Australia mengemuka menjelang berlangsungnya pembicaraan tingkat tinggi di Washington antara Menlu Marise Paine dan mitranya Menlu Amerika Serikat, Mike Pompeo.

Menlu Marise Payne bersama Menteri Pertahanan Linda Reynolds terbang ke Amerika Serikat awal minggu ini untuk menghadiri pembicaraan tahunan AUSMIN.

Baca Juga: Awalnya Dikira Becanda, Via Vallen Kaget Saat Tahu Dirinya Ditunggu Rhoma Irama: Aku Diminta ke Studio...

Pembahasan dalam forum kali ini terfokus pada China dan bahkan kedua negara mengutuk tindakan keras Beijing terhadap Hong Kong.

Australia dan AS juga berjanji untuk bekerjasama melawan kampanye disinformasi yang disponsori China.

Kedua negara telah menandatangani "pernyataan prinsip" untuk memperluas kerjasama pertahanan, kesehatan dan pembangunan.

Namun Australia tampaknya masih menolak desakan Amerika Serikat untuk bersikap lebih tegas lagi dalam melakukan operasi kebebasan pelayaran, atau freedom of navigation di Laut China Selatan.

Baca Juga: Dipermainkan Narkoba, Nunung Diam-diam Sudah Nikah Kedua dengan Iyan Sambiran: Secara Agama Sudah Ditalak!

Saat ditanya apakah Amerika Serikat telah mendesak Australia untuk melakukan operasi lebih dekat ke pulau-pulau yang dipersengketakan serta dikuasai oleh Beijing, Menhan Linda Reynolds menyatakan hal ini merupakan "bahan pembicaraan".

"Pendekatan kami tetap konsisten. Kami akan terus transit melalui kawasan itu sesuai ketentuan hukum internasional," kata Menhan Reynolds.

Pekan lalu, ABC melaporkan kapal-kapal perang Australia sempat berhadapan dengan kapal-kapal Angkatan Laut China saat berlayar melalui wilayah itu ke Laut Filipina untuk latihan bersama Angkatan Laut Amerika Serikat dan Jepang.

Australia telah menunjukkan sikap lebih keras terhadap klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan dan menyebut aktivitas negara itu ilegal.

Baca Juga: Geger Bocah Umur 3 Tahun Diculik Mantan Tetangga, Gara-gara Ini Ibu Pelaku Biarkan Anak Gadisnya Lakukan Kejahatan, Padahal Saling Kenal dengan Orang Tua Korban

Menlu Payne menyatakan meski Australia umumnya sependapat dengan Amerika Serikat, kedua negara tidaklah secara otomatis sepakat untuk setiap permasalahan.

"Yang paling penting, dari sudut pandang kami, kami membuat keputusan dan penilaian sendiri sesuai kepentingan nasional Australia, menjaga keamanan, kemakmuran dan nilai-nilai kami," katanya.

"Hubungan kami dengan China penting dan kami tidak punya niat untuk merusaknya. Tapi kita juga tidak ingin melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan kami," kata Menlu Payne.

Namun Amerika Serikat dan Australia menyatakan keprihatinan serius terhadap pemaksaan dan destabilisasi di seluruh Indo-Pasifik dan menyebut klaim maritim Beijing di Laut China Selatan "tidak sah menurut hukum internasional".

Baca Juga: Gantikan Lesti di Hati Rizki D'Academy, Nadya Mustika Promosi Replika Berlian, Sang Calon Bidan Kini Kebanjiran Rezeki

Menlu Amerika Serikat, Mike Pompeo sebelumnya memuji Australia dan mengatakan kedua negara harus bekerja sama untuk menegakkan kembali aturan hukum di kawasan tersebut.

"Amerika Serikat memuji Pemerintahan Morrison [PM Australia] karena membela nilai-nilai demokrasi dan supremasi hukum, meskipun ada tekanan intensif dari Partai Komunis China untuk tunduk pada keinginan Beijing," katanya.

Tanggapan dari China

Sementara itu, juru bicara Kemenlu China, Wang Wenbin dalam keterangan pers di Beijing pada hari Selasa (28/07) menyatakan, belum lama ini Amerika Serikat mengirim dua kapal induk ke kawasan ini sembari meminta sekutunya untuk bergabung dan mengirimkan kapal-kapal perang demi "membuat kegaduhan di Laut China Selatan.

Baca Juga: Sudah Jadi Tersangka, Putra Siregar Masih Bebas Keliaran Tak Ditahan Karena Hal Ini, Toko Ponselnya Bahkan Masih Tetap Beroperasi, Warga Ikut Bersaksi

"Tindakan ini merupakan berita buruk bagi perdamaian dan stabilitas regional dan tidak sejalan dengan kepentingan negara-negara di kawasan ini," katanya.

"AS tidak menjadi salah satu pihak dalam permasalahan Laut China Selatan dan juga bukan penandatangan UNCLOS. Namun, mereka bersikeras mengangkat isu ini dengan cara melanggar komitmennya sendiri untuk tidak mengambil posisi terkait Laut China Selatan," kata Wang.

Menurutnya, tindakan Amerika Serikat bertujuan untuk memicu pertikaian antara China dan negara-negara ASEAN, sehingga Amerika Serikat akan memiliki kartu untuk dimainkan dalam mengendalikan China.

"Kami harus menyampaikan ke Pompeo (Menlu AS) bahwa Laut China Selatan itu bukanlah Hawaii," katanya.

Baca Juga: 2 Hari Berturut-turut, Dua Kantor PAC PDI-Perjuangan di Bogor Dapat Teror Bom Molotov, Ini Kata Polisi

"Negara-negara di kawasan ini dan semua orang yang cinta damai tidak akan diam bila sejumlah politisi Amerika Serikat berusaha mengeruhkan situasi," tambah jubir Kemenlu China.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Garang saat Tolak Klaim Tiongkok Atas Laut China Selatan, Australia Melempem saat Dikompor-kompori AS untuk Lakukan Langkah Agresif Ini.

(*)