Find Us On Social Media :

Seolah Tak Lelah Sikut Negara-negara Kecil, China Mulai Bergerak Invasi Vatikan Usai Gempur Muslim Uighur dan Budha di Tibet, Akan Bangkitkan Komunisme?

Revolusi Kebudayaan, Prestasi Kelam China Dimana Komunis Membodohkan dan Membantai Kehidupan Negeri Tirai Bambu

Gridhot.ID - China, seolah tak lelah menyikut negara-negara di dunia. Kali ini, negeri yang dipimpin oleh Xi Jinping melibatkan spionasi siber atau spionase online.

Namun tidak seperti biasanya, bukan AS atau musuh-musuh Tiongkok yang jadi sasaran.

Justru, negara kecil yang dipimpin oleh Paus Fransiskus Fransiskus ini yang jadi sasaran.

Baca Juga: Air Susu Dibalas Air Tuba! Pernah Dihadiahi Rumah oleh Maia Estianty, Mulan Jameela Justru Nikahi Ahmad Dhani, Sosok Ini Bongkar Fakta Lama

Benar, Vatikan menjadi negara yang harus mendapat kerugian setelah menjadi sasaran mata-mata siber China.

Rupanya, serangan China bukanlah serangan mendadak begitu saja.

Negara pimpinan Xi Jinping itu memiliki ketegangan dengan Vatikan semenjak negosiasi sensitif September lalu.

Baca Juga: 6 Tahun Menikah dengan Pilot Tapi Belum Dikaruniai Buah Hati, Pedangdut Ini Frustasi Hingga Suruh Sang Suami Menikah Lagi: Aku Enggak Sempurna Jadi Istri

Negosiasi itu adalah mengenai pembaruan kesepakatan rahasia mengenai pengelolaan Gereja Katholik di China.

Xi Jinping mungkin telah mencari keuntungan, lewat bantuan orang dalam untuk mengetahui rencana Vatikan mendekati tawar menawar dengan China.

Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis Selasa lalu oleh Recorded Future, firma intel untuk ancaman antar negara.

Nama grup yang dicurigai antara lain Mustang Panda dan RedDelta, yang mengingatkan kepada dunia sekte pemujaan lengkap dengan jubah dan belati seperti yang ada pada Gereja Katholik zaman pertengahan.

Kala itu, Paus kirim utusan-utusan kuat ke pengadilan kerajaan di seluruh dunia.

Baca Juga: Biasa Diam, Anak Presiden Jokowi Bereaksi Seperti Ini Saat Tau Ada Kader PKS yang Dicopot Gara-gara Pakai Baju Khas Relawan Pendukung Gibran

Namun laporan itu seperti merujuk cerita-cerita Dan Brown mengenai Gereja Katholik zaman pertengahan daripada analisis data yang selektif.

Laporan itu menuduh China menggunakan program perangkat lunak berbahaya untuk masuk ke dalam jaringan internal Vatikan.

"Riset kami temukan kampanye mencurigakan didukung negara China yang menarget pejabat-pejabat Gereja Katholik kelas tinggi sebelum pembaruan perjanjian China-Vatikan pada September 2020 mendatang," tulis para analis dari Recorded Future di laporannya.

Baca Juga: Kusut Hubungan Rumah Tangganya Sejak Tahun Pertama Menikah Tak Terendus Media, Nagita Slavina dan Raffi Ahmad Hampir Sepakat Cerai: Tapi Dia Nggak Berani ke Pengadilan

Bagian dari rencana komunisme

Menarget Vatikan rupanya disebutkan sebagai langkah China untuk bisa mengatur gereja Katholik yang ada di China.

Perlu diketahui pemimpin gereja Katholik yang ada di China tidak disetujui oleh lembaga negara China Patriotic Association.

Status gereja-gereja itu dan pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kuasa untuk menunjuk pemimpinnya adalah pusat negosiasi antara China dan Vatikan.

China sendiri juga memperhatikan detail opini gereja tersebut terkait protes pro-demokrasi di Hong Kong.

Juru bicara Vatikan menolak untuk berkomentar.

Baca Juga: Manusia Terpilih, Ini 13 WNI Beruntung yang Bisa Ikut Ibadah Haji 2020 di Masjidil Haram, Bebas Lakukan Tawaf Tanpa Khawatir Penuh Sesak

Sementara itu Kementerian Luar Negeri China tidak segera merespon permintaan berkomentar.

Namun dari New York Times yang pertama kali kabarkan berita ini, mengatakan jika pejabat China menyangkal berita itu dan menuduh itu sebagai "spekulasi tanpa dasar".

Baca Juga: Mati-matian Tumpas KKB Papua, TNI/Polri Justru Difitnah di Media Sosial, Dituding Jadi Penyebab Krisis Keamanan di Wilayah Nduga

Mirip dengan yang dialami Muslim Uighur

Kesadaran bahwa China dicurigai membajak beberapa negara telah menjadi tuduhan pelanggaran HAM melawan kelompok religius minoritas.

Kasus ini sama terjadi dengan Muslim Uighur, kaum Budha di Tibet dan para umat Kristen.

"Tekanan yang disponsori oleh negara melawan semua agama terus meningkat," ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo Juni kemarin, ketika Kementerian Luar Negeri AS merilis laporan mereka mengenai kebebasan beragama di negara-negara di seluruh dunia.

"Hukuman massal yang dihadapi oleh muslim Uighur di Xinjiang terus berlanjut, demikian pula dengan tekanan yang dihadapi para umat Budha di Tibet serta Falun Gong dan kaum Kristen," ujar Pompeo.

Bagaimana bisa sampai ketahuan

Grup peneliti di dalam Recorded Future memperhatikan baik-baik "aktor ancaman" online, termasuk pembajak yang disponsori negara di China.

Salah seorang analis Recorded Future yang namanya tidak boleh disebutkan mengatakan "tindakan China ini umum dan telah terjadi beberapa tahun."

Metode pembajaknya juga tidak terlalu canggih, satu libatkan taktik phising, yang rupanya efektif.

Baca Juga: Heboh! Ahok Laporkan Orang yang Hina Keluarganya ke Polda Metro Jaya, Polisi Langsung Tangkap Pelaku, Ini Sosoknya

Yang lain gunakan surat berduka cita dari Kardinal Pietro Parolin, Menteri Luar Negeri Vatikan, kepada pemimpin gereja di Hong Kong.

Pemimpin gereja di Hong Kong penting dalam negosiasi mendatang itu.

"Tidak jelas apakah surat itu palsu atau memang dokumen resmi yang berhasil mereka dapatkan dan digunakan untuk menyerang gereja di China," tulis laporan tersebut.

Baca Juga: Waspada! Petugas BNN Temukan Permen Jelly Mengandung Narkoba, Orang Tua Diminta Awasi Jajan Putra Putrinya

Peretas lainnya adalah RedDelta, yang juga disponsori oleh pemerintah. Vatikan sendiri telah diberitahu mengenai hal ini.(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul "Memang Sering Bikin Ulah, Tapi Polah Tiongkok Ini Benar-benar Keterlaluan Sampai Negara Sesuci Vatikan Jadi Korbannya, Rupanya Karena Permasalahan Sensitif Ini China Berani Nakal"