Find Us On Social Media :

Indonesia Ikut Siaga Penuh, China Nekay Kirim Pesawat Tempur ke Taiwan, Padahal Amerika dan Eropa Sudah Beri Peringatan

Presiden Xi Jinping

Gridhot.ID - Konflik di Laut Pasifik makin memanas.

Meski mendapat ancaman dari berbagai negara, China tetap keukeh mengklaim wilayah Laut China Selatan.

Inilah gambaran situasi Laut China Selatan saat ini.

Baca Juga: Makin Aneh dan Tak Terduga, Gejala Covid-19 Bermutasi Mirip Serangan Penyakit Berbahaya, Berikut Cara Mendeteksinya

China mengirim pesawat tempur ke Taiwan

Pesawat tempur China tampak berseliweran melintasi selat sempit yang memisahkan daratan dengan Taiwan dengan frekuensi hampir 40 kali pada hari Jumat dan Sabtu.

Melansir CNN, secara keseluruhan, serangan berulang, yang datang dari berbagai arah dan melibatkan kombinasi jet tempur canggih dan pembom berat, menandai peningkatan signifikan dalam ketegangan lintas selat.

Pesawat tempur China tampak berseliweran melintasi selat sempit yang memisahkan daratan dengan Taiwan dengan frekuensi hampir 40 kali pada hari Jumat dan Sabtu.

Baca Juga: Lihat Tampang Tentara China dalam Bus Ini, Diduga Akan Dikirim ke Perbatasan India, Remaja-remaja Ini Nangis Sesenggukan

Melansir CNN, secara keseluruhan, serangan berulang, yang datang dari berbagai arah dan melibatkan kombinasi jet tempur canggih dan pembom berat, menandai peningkatan signifikan dalam ketegangan lintas selat. "Apa yang kita lihat sekarang bukan hanya situasi di seberang Selat Taiwan, tetapi situasi regional. Aktivitas militer China baru-baru ini, terutama dalam beberapa hari terakhir, jelas merupakan ancaman kekuatan, yang merupakan bagian dari serangan verbal dan ancaman militer mereka melawan Taiwan," jelas Presiden Tsai Ing-wen kepada wartawan Minggu seperti dikutip CNN.

Peningkatan aktivitas militer Tiongkok terjadi ketika Keith Krach, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan ekonomi, energi dan lingkungan, mengadakan pertemuan di ibu kota pulau Taipei, menjelang upacara peringatan pada hari Sabtu untuk mantan Presiden Taiwan Lee Teng-hui.

Reuters memberitakan, Taiwan mengatakan pada hari Senin (21/9/2020) bahwa angkatan bersenjatanya memiliki hak untuk membela diri dan melakukan serangan balasan di tengah "pelecehan dan ancaman".

Ketegangan meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir antara Taipei dan Beijing, yang mengklaim secara demokratis menjalankan Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, untuk diambil paksa jika diperlukan.

Baca Juga: Terang-terangan, Xi Jinping Nyatakan Tak Ada Niatan Berperang dengan Negara Manapun: Kami Akan Menyelesaikan Perselisihan dengan Dialog dan Negosiasi

Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah "mendefinisikan dengan jelas" prosedur untuk tanggapan pertama pulau itu di tengah "frekuensi tinggi gangguan dan ancaman dari kapal perang dan pesawat musuh tahun ini".

"Taiwan tidak akan memprovokasi tetapi juga tidak takut pada musuh," tambahnya.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonominya Rendah Hingga Tergolong Negara Miskin, Timor Leste dengan Ajaib Terlindung dari Jurang Pandemi Covid-19, Disebut Hanya Akan Alami Kerusakan Paling Ringan, Kok Bisa?

Indonesia siaga penuh

Pemerintah Indonesia akan meningkatkan operasi keamanan maritim di dekat beberapa pulau di Laut China Selatan setelah kapal penjaga pantai China terlihat wara-wiri di wilayah tersebut. Hal ini meningkatkan kecurigaan Indonesia tentang tindakan yang dilakukan China.

Reuters memberitakan, Aan Kurnia, Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia(Bakamla) mengatakan, kapal penjaga pantai China memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) 200 mil Indonesia di lepas pulau Natuna utara pada hari Sabtu dan akhirnya meninggalkan wilayah tersebut pada hari Senin setelah mendapat peringatan atas yurisdiksi Indonesia.

Di bawah hukum internasional, melewati jalur ini memang diizinkan melalui ZEE negara lain, tetapi Aan mengatakan kapal itu terlalu lama berada di wilayah tersebut.

"Karena yang ini mengapung, lalu berputar-putar, kami menjadi curiga, kami mendekatinya dan mengetahui bahwa itu adalah kapal penjaga pantai China," katanya.

Dia menambahkan, angkatan laut dan penjaga pantai akan meningkatkan operasi di sana.

Baca Juga: Kasus Anggota Pencak Silat Dibacok Berbuntut Panjang, Barisan TNI AD Hijaukan Solo di Tengah Kabar Adanya Gerakan PSHT, Kostrad, Raider hingga Kopassus Diterjunkan

Sementara itu, Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan kapal itu melakukan "tugas patroli normal di perairan di bawah yurisdiksi China".

"Hak dan kepentingan China di perairan yang relevan di Laut China Selatan sudah jelas," kata Wang dalam konferensi pers seperti yang dilansir Reuters.

Indonesia mengganti nama bagian utara ZEE pada tahun 2017 menjadi Laut Natuna Utara, sehingga mendorong kembali ambisi teritorial maritim China.

Baca Juga: Perlu 7 Tahun untuk Muncul di Layar Kaca, Lidya Pratiwi Berpikir Hidupnya Telah Berakhir di Penjara: Aku Pikir Hari Ini Gak Akan Ada

Meskipun China tidak mengklaim pulau-pulau, kehadiran penjaga pantainya yang hampir 2.000 km (1.243 mil) di lepas daratannya telah mengkhawatirkan Indonesia, setelah banyak pertemuan antara kapal-kapal China di ZEE Malaysia, Filipina, dan Vietnam, yang mengganggu kegiatan penangkapan ikan dan energi.

AS: China membuat wilayah Asia tidak aman

Melansir AP, seorang pejabat AS menuduh China pada pekan lalu melakukan penindasan dan berlaku tidak tulus dalam berurusan dengan negara-negara Asia Tenggara.

Asisten Menteri Luar Negeri AS David Stilwell mengatakan pada hari Selasa bahwa ketidaktulusan China dapat diilustrasikan dalam perilaku agresifnya di Laut China Selatan, di mana ia telah mengubah terumbu karang yang disengketakan menjadi pos terdepan pulau buatan yang dipersenjatai meskipun ada komitmen untuk tidak memiliterisasi wilayah tersebut.

Dalam kesaksian selanjutnya di hadapan Senat, Stilwell mengatakan sekarang sudah jelas bagi AS dan negara lainnya bahwa China berusaha untuk mengganggu dan membentuk kembali lingkungan internasional untuk menguntungkan Partai Komunis China.

Baca Juga: Dikenal Supel, Anggota Termuda DPRD Palembang Ini Terciduk Polisi, Sang Oknum Dewan Sudah Jadi Bandar Sebelum Emban Amanah

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengecam AS dalam pertemuan ASEAN pekan lalu, dengan mengatakan Washington adalah "pendorong militerisasi terbesar" dan "faktor paling berbahaya yang merusak perdamaian" di kawasan itu.

Eropa juga menantang klaim China

Prancis, Inggris, dan Jerman telah mengirimkan Note Verbale bersama kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Surat itu menentang legalitas klaim maritim China yang luas di Laut China Selatan. Hal ini dapat dianggap sebagai kemunduran besar bagi agresi Beijing.

Melansir Economic Times, dalam pengajuan Note Verbale ke PBB pada Rabu, 16 September 2020 (Kamis waktu Manila), tiga negara kuat Eropa tersebut menyoroti, bahwa klaim tentang pelaksanaan “hak bersejarah” Beijing atas perairan Laut China Selatan tidak sesuai dengan ketentuan internasional, hukum dan ketentuan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).

Baca Juga: Nasabah Perlu Waspada, Manajer Bank BRI di Madiun Ini Korupsi Rp 2,1 Miliar untuk Judi Online, Ini Modusnya

Tiga negara Eropa menggarisbawahi pentingnya "pelaksanaan kebebasan laut lepas tanpa hambatan, khususnya kebebasan navigasi dan penerbangan, dan hak lintas damai yang diabadikan dalam UNCLOS, termasuk di Laut China Selatan."(*)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id "Laut China Selatan: Alarm bagi Taiwan, Indonesia siaga penuh"