Melansir dari Eureka Street pada 5 Juni 2019, lima belas bulan sejak penandatanganannya, perjanjian tersebut tetap tidak diratifikasi atau disahkan, dan sebagai akibatnya Australia terus menarik jutaan dolar per bulan dari 10 persen bagian di bidang yang sepenuhnya dimiliki oleh Timor-Leste.
Proyek Tata Kelola Timor-Leste memperkirakan bahwa ladang tersebut dapat menghasilkan $ 60 juta selama 12 bulan sebelumnya.
Sementara Australia akan memberikan $ 95,7 juta bantuan luar negeri ke Timor-Leste antara 2018 dan 2019.
Tidak ada hak hukum dalam perjanjian tersebut bagi kedua negara untuk mengklaim kompensasi atas hilangnya pendapatan dari Laut Timor.
Dikutip dari Eureka Street, Sophie Raynor, penulis asal Perth Australia yang dua tahun tinggal di Dili, mengatakan penundaan dalam meratifikasi perjanjian batas dan penolakan negaranya untuk berkomitmen membayar kembali uang yang belum diterima itu benar-benar bertentangan dengan cara negaranya memandang citranya dalam sejarah.
"Secara tidak masuk akal melanggar kewajiban moral kita untuk melakukan hal yang benar sebagai tetangga," katanya.