Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasari Gunawan mengatakan, para korban saling membantu dalam mengurus rumah.
“Mereka ngurus diri mereka sendiri di sana, tidak ada pengurus yayasan, hanya dia (pelaku) yang ada, tidak ada orang lain,” kata Diah yang dikutip dari Kompas.com, Sabtu (11/12/2021).
Tak hanya memasak, Diah juga menyebut, para korban saling membantu dalam menjaga anak hingga mengantar kawan mereka yang hendak melahirkan.
“Ada yang mau melahirkan, diantar oleh mereka sendiri, saat ditanya mana suaminya, alasannya suaminya kerja di luar kota, jadi begitu selesai melahirkan, bayar langsung pulang, tidak urus surat-surat anaknya,” jelasnya.
"Jadi di lingkungannya, saat ditanya bayi-bayinya anak siapa, mereka bilang anak yatim piatu yang dititipkan,” imbuhya.
Belasan santriwati korban pencabulan ini diduga membagi tugas mengurus rumah, mulai dari memasak, mencuci, hingga menjaga anak.
Diah juga menjelaskan bahwa para korban adalah anak-anak yang benar-benar lugu saat masuk ke yayasan tersebut.
Hal inilah yang membuat pelaku mudah memperdaya mereka dengan berbagai dalih dan alasan untuk membenarkan apa yang dilakukan pelaku pada korban.
(*)