Find Us On Social Media :

Konon Dibangun Wali Sanga Dalam Waktu Sehari Semalam, Masjid Agung Cipta Rasa Jadi Bukti Sejarah Penyebaran Islam di Wilayah Cirebon

Masjid Agung Cipta Rasa Cirebon

GridHot.ID - Membahas sejarah penyebaran Islam di Indonesia memang tak pernah ada habisnya.

Banyak masjid-masjid bersejarah tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Masjid-masjid bersejarah ini tentu menyimpan segudang cerita penyebaran agama Islam di tanah Air.

Menjelang bulan Ramadhan, menilik kembali sejarah Islam dengan mengunjungi beberapa masjid bersejarah memang menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan.

Wisata religi mengelilingi masjid-masjid bersejarah bisa menjadi salah satu pilihan kegiatan yang dapat kamu lakukan di bulan Ramadhan.

Pasalnya, selain kaya akan nilai sejarah, masjid-masjid di Indonesia memiliki arsitektur yang beragam sehingga kamu bisa turut takjub akan ciptaan para leluhur di Tanah Air.

Dilansir dari Kompas.com, Islam diperkirakan telah masuk ke nusantara sejak abad ke-7, setelah Indonesia berhubungan dagang dengan negeri India, Cina, dan Arab.

Sejak abad ke-7 itu, sudah banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang masih dapat kamu temui secara utuh di tahun 2022 ini.

Salah satu peninggalan bersejarah tersebut adalah Masjid Cipta Rasa Cirebon.

Baca Juga: Dulunya Pondok Pesantren, Begini Sejarah Berdirinya Masjid Tiban di Malang yang Mirip Bangunan Kerajaan 

Masjid yang juga disebut sebagai Masjid sunan Gunung Jati ini dibangun pada tahun 1498 M.

Menariknya, masjid yang satu ini terletak di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, masjid ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Cirebon.

Lebih istimewa lagi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu masjid yang dibangun oleh Wali Sanga secara gotong-royong.Lantas bagaimana sejarah lengkap berdirinya masjid bersejarah ini ?

Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun atas prakarsa Sunan Gunung Jati dan dibantu oleh Wali Sanga.

Selain itu, beberapa tenaga ahli untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikirim oleh Raden Patah dari Demak.

Selain Sunan Gunung Jati, anggota Wali Sanga yang berperan besar dalam pembangunan masjid ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memimpin pembangunan dengan arsitek dari Kerajaan Majapahit bernama Raden Sepat.

Seperti di Masjid Agung Demak, di masjid ini juga terdapat saka guru (tiang utama) yang dibuat dari tatal, yaitu pecahan-pecahan kayu berukuran kecil yang disatukan.

Baca Juga: Jadi Bukti Sejarah Peninggalan Kerajaan Mataram Islam, Masjid Agung Surakarta Punya Struktur Bangunan Unik, Perpaduan 5 Budaya Sekaligus

Menurut cerita, saka guru yang dibuat oleh Sunan Kalijaga ini melambangkan kesatuan atau kegotongroyongan.

Konon katanya, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa hanya dalam tempo satu malam, yaitu pada dini hari dan keesokan harinya telah dipakai untuk shalat subuh.

Masjid ini dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.

Pada zaman dulu, penduduk Cirebon menamainya Masjid Pakungwati, karena terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. Sekarang masjid ini terletak di depan Keraton Kesepuhan.

Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid-masjid yang telah dibangun sejak jaman kerajaan memang tak lepas dari interiornya yang menarik dan klasik.

Setiap masjid pastinya selalu memiliki ciri khasnya masing-masing.

Dilansir dari Tribunnewswiki, bagian atap masjid ini berbentuk limas dengan susun tiga.

Susunan itu semakin ke atas semakin kecil.

Baca Juga: Punya Menara Mirip Mercusuar, Begini Arsitektur Unik Masjid Agung Banten, Jadi Saksi Bisu Sejarah Kejayaan Kota Pelabuhan

Masjid Agung Sang Cipta ini memiliki dua bangunan utama yakni ruang utama dan serambi.

Ruang utama di masjid ini berukuran 17,8 x 13,3 meter dan terdiri yang terdiri atas enam ruangan yang di kelilingi tembok dengan tinggi tiga meter.

Beberapa bagian dindingnya dihias dengan lubang angin berbentuk belah ketupat bergigi serta pilaster berhias motif teratai dan sulur-sulur di bagian atas dan bawahnya.

Kemudian pada dinding yang lain dihias dengan porselen berbentuk piring berwarna biru dan merah buatan dari Cina.

Corak tersebut dibuat ketika Dinasti Ming Cina berkuasa di negeri tersebut.

Menariknya, pintu di masjid ini berjumlah 9 dan melambangkan jumlah Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Selain itu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa terdapat pula mihrab, maksurah, dan mimbar.

Beralih ke bagian serambi yang terbagi menjadi dua, serambi dalam dan luar.

Serambi dalam terdiri dari serambi selatan, timur, utara, dan barat.

Baca Juga: Sejak Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Tetap Berdiri Kokoh Meski Diterjang Tsunami Aceh, Ini Sejarah Masjid Baiturrahman, Perancangnya dari Belanda

Serambi di bagian selatan biasa disebut dengan serambi Prabayaksa.

Serambi ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29 x 6,40 meter.

Kemudian serambi timur namanya ialah serambi Pemandangan dan di bagian pintu masuknya terdapat lubang yang digunakan untuk mencuci kaki.

Serambi utara berukuran 29 x 6,40 meter yang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menjemur pakaiannya.

Di serambi barat terdapat bedug yang panjangnya 1 meter.

Bedug ini diberi nama "Sang Guru Mangir atau Kyai Buyut Tesbur Putih".

Sedangkan, untuk serambi luar terdiri atas serambi timur, selatan, dan utara.

Serambi timur ukurannya 31 x 15 meter dan 31 x 11 meter dengan atap serambi berbentuk limasan dan ditutup sirap.

Serambi selatan ini ukurannya 33,60 x 7 meter yang digunakan untuk salat perempuan.

Baca Juga: Sejak Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Tetap Berdiri Kokoh Meski Diterjang Tsunami Aceh, Ini Sejarah Masjid Baiturrahman, Perancangnya dari Belanda

Serambi utara letaknya berdampingan dengan serambi Pemandangan dan ukurannya ialah 17 x 7 meter. (*)