Setelah itu, dia juga mendengar jeritan dan gedoran dari Pintu 10. Dia lalu bergegas menuju ke sana dan melihat para penonton sedang membuka paksa pintu.
Dia turut pula menemukan puluhan orang lemas dan pingsan.
"Saya berusaha menolong, membopong korban. Ternyata jumlah korban semakin banyak," katanya.
Ketika menolong, Eko lalu teringat banyak saudara dan tetangganya yang menonton di Pintu 13. Ia lalu bergegas menuju pintu tersebut.
Di sana dia melihat pemandangan serupa di pintu 10 dengan bagian penonton berusaha menjebol ventilasi pada tembok di samping pintu agar bisa keluar.
Eko kemudian berusaha mencoba membuka pintu besi tapi usahanya sia-sia. Pria berusia 39 tahun itu pun meminta bantuan kepada aparat Kepolisian dan TNI, tapi justru dia malah nyaris dipukul.
"Tidak dibantu, saya malah nyaris dipukul aparat."
Karena tak mendapat bantuan dari luar stadion, Eko lalu pergi ke pintu utama dan meminta bantuan petugas dan panitia untuk membantu evakuasi di Pintu 13. Ia pun akhirnya bisa masuk dan ikut membantu evakuasi dari dalam.
"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," ungkap Eko.
Ia pun mempertanyakan hal ini. Padahal di setiap pertandingan, biasanya 15 menit sebelum pertandingan usai, pintu keluar stadion dibuka.
Terkait permasalahan pintu di Stadion Kanjuruhan ini, PSSI membeberkan alasanya kenapa sejumlah pintu tidak dibuka saat pertandingan berakhir.